NAMA BLOGGERS

Saturday, March 31, 2012

ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN

KONSEP ISLAM DALAM MEMILIH PEMIMPIN
Para calon pemimpin, baik yang akan mempamirkan diri sebagai pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa, agama, bangsa dan negara maju dan makmur di masa depan. Bagaimanakah Islam memandang tentang Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?

Pemimpin Dalam Pandangan Islam
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peranan manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk setiasa mengabdi dan beribadah kepada- Nya.
Allah berfirman:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah: 30)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzaariyaat: 56)
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:“Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka.Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan(isteri) adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai pertanggung jawabkan kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawabkan kepemimpinannya atas harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawabkan kepemimpinan atas yang dipimpinnya”. (HR.Bukhari)
Dalam implementasinya, pemimpin terbagi dua:
 Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa yang diamanatkan Allah dan Rasul-Nya dan
Keduapemimpin yang bertanggung jawab atas amanat Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah:
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah, Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)
Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya) pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.(Al-Qashash: 41)
Kriteria Pemimpin Dalam Islam
Banyak sekali ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari, di antaranya adalah:
1.Mengajak Bertaqwa Kepada Allah
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (Al-Anbiya’: 73)
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24)
2.Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di mukabumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan.” (Shad: 26)
 “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi kerana Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kerana ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan.” (An-Nisa’: 135)
3.Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al- Imran: 110)
4.Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)
5.Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2)
6.Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)
7.Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yangbertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159)
8.Jujur dan Amanat
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (An-Nisa’ : 58)
Nabi SAW. bersabda:
Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga golongan,Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin yang suka bohong dan orang miskin yang sombong.(HR. Muslim).
9.Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadilah: 11)
10.Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Huud: 112)
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (Al-Ahqaf: 35)

Tanggung Jawab Pemimpin
Begitu berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup kesehariannya.Sehingga tercipta suatu keadaan dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan kepentingan rakyat, dan kerananya semua rakyat pun mencintai dan mendukung kepemimpinannya.
Rasulullah bersabda:
Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW.bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu. Dan seburuk-buruk  pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua membenci mereka dan mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya kita singkirkan mereka? Rasulullah menjawab: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa yang diberi kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci perbuatan penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).
Kerana beratnya menciptakan keadaan kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah SAW. melarang sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khuatir sulit merealisasikan tanggung jawab ini.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin, kerana  sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan kerana  meminta maka engkau akan dibebani  sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih baik”. (HR.Bukhari).
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati amanat yang diberikan kepadanya. Ia tidak boleh melakukan rasuah, subahat dan mementingkan kroni-kroni yang mencacatkan atau merosakan  tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari Abi Hurairah RA. Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan penerima suap dalam perkara hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan Ibn Hiban menganggapnya sahih.
Dari Abi Hamid as Sa’idi sesungguhnya Rasullah SAW. mengangkat seorang pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas datang mendatangi Rasulullah dan berkata:“Ya Rasulullah, harta ini untukmu (bahagian  Negara) dan yang ini adalah hadiah yang aku terima”. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan ibumu,lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah ataukah tidak?!”. Kemudian selesai menunaikan shalat Isya’bersabda Rasulullah SAW.:“Amma ba’du, Ada apa dengan pegawai yang telah aku angkat ini, ia datang menemui kita dan berkata: “Harta ini bahagianmu (milik Negara), dan yang ini sebagai hadiah untukku”, Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang akan memberinya hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang jiwaMuhammad ada dalam genggaman-Nya!, Janganlah salah seorang diantara kamu menyalahgunakan dari harta itu sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta itu, kalau harta itu berupa unta ia akan meringkik, kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia berupa kambing, ia akan mengembek, aku telah menyampaikan berita ini”. Berkata Abu Hamid: Lalu Rasulullah menganglat tangannya,sehingga kami dapat melihat putih ketiaknya. (HR. Bukhari).

Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin
Sebagai rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang terkandung dalam kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT. Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’: 59)
Batas ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari Ali RA. berkata: (Suatu hari ) Nabi SAW. mengutus bala tentera dan mengangkat seorang laki-laki Ansar sebagai komandan, dan Nabi memerintahkan kepada seluruh bala tentara untuk mentaati sang komandan. Suatu saat sang komandan marah kepada prajuritnya dan berkata: "Bukankah Nabi SAW. memerintahkan kalian semua untuk taat kepadaku?". Para prajurit menjawab: "Benar, komandan!". Komandan berkata: "Aku perintahkan kamu semua untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu bakar ia dengan api, setelah itu masuklah kamu semua ke dalamnya!". Lalu para prajurit mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala mereka bermaksud untuk memasukinya, berdirilah setiap prajurit saling memandang diantara mereka, berkata sebahagian prajurit: "Sesungguhnya kita semua mengikuti Nabi SAW. kerana kita berlari dari api (neraka), apakah kita sekarang akan memasukinya?". Manakala mereka dalam keadaan demikian, padamlah api tadi, dan hilanglah marah sang komandan. Lalu kejadian itu dicertikan kepada Nabi SAW. dan Nabi bersabda: "Andaikan saja kamu semua memasuki api itu, pasti kamu tidak akan pernah keluar selamanya (mati dan masuk neraka). Sesungguhnya ketaatan kepada pemimpin itu adalah dalam hal yang Ma'ruf". (HR. Bukhari)

Allah berfirman: Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (Asy-syuara: 151)
Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin
Kerana alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:

Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah: 51)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yangberiman. (Al-Maidah: 57)

2. Pilihlah Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan MemilihPemimpin Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.
 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (At-Taubah: 23).
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari.
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (Al-Ahzab: 67)

Monday, March 19, 2012

Tidak Ada yang Lebih Dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta Berjihad di Jalan-Nya

Satu kewajiban bagi orang beriman adalah menyembah Allah. Satu-satunya alasan keberadaan kita adalah menjadi hamba-Nya. Kehidupan yang tidak didasari alasan ini bererti menolak agama Allah dan menyembah selain Allah, yang akibatnya akan membuat seseorang masuk neraka.
Dengan kata lain, kehidupan hanyalah alat bagi orang beriman. Dia harus menghargai setiap saat dalam hidupnya untuk dekat kepada Allah dan melaksanakan kehendak-Nya. Jika alat ini berubah menjadi tujuan—yang dilakukan oleh orang-orang ingkar—ia segera berada dalam bahaya besar.
Orang-orang beriman hidup hanya untuk satu sebab, yaitu menyembah Allah dan keranaNya mereka meninggalkan keduniawian. Allah menjelaskan hal ini,
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga, (disebabkan) mereka berjuang pada jalan Allah maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan Injil serta Al-Quran; dan siapakah lagi yang lebih menyempurnakan janjinya daripada Allah? Oleh itu, bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual-belinya itu, dan (ketahuilah bahawa) jual-beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang besar."  (At-Taubah 9:111)
Orang-orang beriman menjual jiwa dan hartanya kepada Allah dan tidak ada lagi hak baginya. Seluruh hidupnya dibaktikan di jalan yang Allah perintahkan. Jika Allah mengkurinakan mereka, mereka akan bersyukur, dan jika mereka diperintahkan berjihad di jalan-Nya, mereka tidak merasa ragu sedikit pun, bahkan jika mereka mengetahui bahwa mereka sedang menuju kematian.
Orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya tidak akan lalai pada kepuasan pribadi dan tidak ada sesuatu pun di bumi ini yang dapat mencegahnya dari berjihad di jalan Allah.
Mereka mampu meninggalkan keindahan nikmat Allah dan menyerahkan jiwa mereka tanpa ragu-ragu. Sebaliknya, orang-orang ingkar tidak akan menjual harta dan jiwa mereka kepada Allah. Kekurangan iman seperti ini akan dicatat dan dibalas dalam kehidupan mendatang.
"Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, - (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk agamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka)."  (At-Taubah 9:24)
Keimanan yang sangat kuat pada diri para sahabat Nabi Muhammad saw. membuat mereka tidak pernah menolak pertempuran; sebaliknya, beberapa di antara mereka ada yang berurai air mata ketika mereka tidak berkesempatan berjihad bersama Rasulullah saw.. Pada ayat berikut, Allah menjelaskan perbedaan antara orang-orang yang ikhlas dan yang setengah hati.
"Orang-orang yang lemah dan orang-orang yang sakit, dan juga orang-orang yang tidak mempunyai sesuatu yang akan dibelanjakan, tidaklah menanggung dosa (kerana tidak turut berperang) apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan RasulNya. Tidak ada jalan sedikitpun bagi menyalahkan orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya; dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Dan tidak juga berdosa orang-orang yang ketika mereka datang kepadamu (memohon) supaya engkau memberi kenderaan kepada mereka, engkau berkata: "Tidak ada padaku kenderaan yang hendak kuberikan untuk membawa kamu", mereka kembali sedang mata mereka mengalirkan airmata yang bercucuran, kerana sedih bahawa mereka tidak mempunyai sesuatupun yang hendak mereka belanjakan (untuk pergi berjihad pada jalan Allah). Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan dan mengenakan seksa) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu sedang mereka kaya dan mampu. Mereka suka tinggal bersama-sama orang yang ditinggalkan (kerana uzur) dan (dengan sebab itu) Allah meteraikan atas hati mereka, sehingga mereka tidak dapat mengetahui (perkara yang baik)." (At-Taubah 9:91,92-93)

Friday, March 2, 2012

JANGAN SEKALIPUN LUPA BAHAWA PETUNJUK SEBENAR HANYALAH AL-QUR'AN.

"Alif, Laam, Raa'. Ini ialah Kitab (Al-Quran) Kami turunkan dia kepadamu (wahai Muhammad), supaya engkau mengeluarkan umat manusia seluruhnya dari gelap-gelita kufur kepada cahaya iman - dengan izin Tuhan mereka - ke jalan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji." (Ibrahim 14:1
Allah menurunkan al-Qur'an kepada manusia untuk kita berfikir, supaya kita tahu yang hanya Allah, tuhan yang satu, untuk belajar bagaimana untuk beribadat kepada-Nya dan untuk fokus. Al-Qur'an, petunjuk kita yang satu, memberikan kita pelbagai penjelasan untuk segala yang kita perlukan, menunjukkan kita jalan untuk mendapat keredhaan Allah dan memberi khabar gembira  tentang kesudahan yang besar bagi mereka yang berserah kepada-Nya sebagai hamba:
 "......... dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran menjelaskan tiap-tiap sesuatu dan menjadi hidayah petunjuk, serta membawa rahmat dan berita yang mengembirakan, bagi orang-orang Islam." (Al-Nahl 16:89)
Al-Qur'an ialah yang mengandungi kebenaran yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya. Ia mengandungi amaran, penawar dan rahmat kepada orang yang beriman. Orang yang beriman yang memahami realiti yang penting ini akan berfikir secara mendalam setiap ayat al-Qur'an dan menghabiskan semua masa dalam hidupnya dengan mematuhinya (al-Quran). Jawapan untuk setiap soalan yang dicarinya terkandung di dalam al-Quran.
"Dan sesungguhnya Kami telah datangkan kepada mereka, sebuah Kitab (Al-Quran) yang Kami telah menjelaskannya satu persatu berdasarkan pengetahuan (Kami yang meliputi segala-galanya), untuk menjadi hidayah petunjuk dan rahmat, bagi orang-orang yang (mahu) beriman." (Al-A'raaf 7:52
Kerana Al-Quran menerangkan segala perkara yang berkaitan dengan menjadi hamba Allah, manusia bertanggungjawab untuk hidup dengan Al-Quran, menjauhi larangnya dan mematuhi perintahnya. Pada Hari Perhitungan, manusia akan disoal berdasarkan AL-Qur'an ini sendiri. Oleh itu, jangan sesekali lupa bahawa bagaimana kita membawa diri, fikiran, keputusan, secara singkat, seluruh kehidupan kita, sepatutnya berkait rapat hanya dengan Al-Qur'an dan bukannya apa yang majoriti manusia mahukan. Hidup dengan Al-Qur'an ialah cara yang unik untuk menyelamatkan diri daripada api neraka.
Tambahan pula, ia penting untuk membaca dan memahami Al-Quran untuk hidup dengan agama yang diturunkan di dalamnya, walaupun masyarakat di sekeliling kita mungkin jauh daripada mematuhinya (Al-Quran). Majoriti manusia mungkin tidak pernah membaca al-Quran. Sebaliknya, di kalangan mereka yang mengetahui  Al-Quran, mereka mungkin di kalangan yang menghafal ayat-ayat di dalam bahasa arab sahaja tanpa memikirkan maknanya. Mereka mungkin menganggap Al-Quran sebagai azimat (Sesungguhnya Allah adalah sangat jauh daripada gambaran palsu yang diberikan kepada Allah) dan oleh yang sedemikian meletakkannya di atas rak yang paling tinggi. Tetapi sekiranya kita mahu menyelamatkan diri daripada neraka, kita perlu mematuhi segala perintah Allah dan bukannya perintah masyarakat. Kita perlu membaca amaran-amaran yang diturunkan oleh Allah dan mengetahui dengan mendalam perintah-perintah-Nya. Tujuan Al-Qur'an diturunkan dijelaskan dengan jelas didalam ayat-ayat dibawah:
"(Al-Quran) ini disampaikan kepada manusia supaya mereka diberi ingat dan diberi nasihat dengannya; dan supaya mereka mengetahui (dengan hujjah-hujjah yang tersebut di dalamnya) bahawa sesungguhnya Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa; dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran, beringat dan insaf". (Ibrahim 14:52)
"(Al-Quran ini) sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu (dan umatmu wahai Muhammad), -Kitab yang banyak faedah-faedah dan manfaatnya, untuk mereka memahami dengan teliti kandungan ayat-ayatnya, dan untuk orang-orang yang berakal sempurna beringat mengambil iktibar." (Saad 38:29)
Sebagaimana yang dilihat didalam ayat Qur'an diatas, Allah memberitahu kita yang hanya mereka yang mempunyai ilmu sahaja iaitu mereka yang mempunyai iman sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an, akan memberi perhatian. Dan ingatlah bahawa Al-Qur'an telah dipermudahkan kepada kita sebagai renungan dan nasihat:
"(Katakanlah wahai Muhammad): "Patutkah aku (terpedaya dengan kata-kata dusta Syaitan-syaitan itu sehingga aku) hendak mencari hakim selain dari Allah, padahal Dia lah yang menurunkan kepada kamu kitab Al-Quran yang jelas nyata kandungannya satu persatu (tentang yang benar dan yang salah)?" Dan orang-orang yang Kami berikan kitab, mengetahui bahawa Al-Quran itu adalah diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenar-benarnya. Oleh itu, jangan sekali-kali engkau menjadi (salah seorang) dari golongan yang ragu-ragu." (Al-An'aam 6:114)
"Dan demikianlah pula Kami menurunkan Al-Quran itu sebagai ayat-ayat keterangan yang jelas nyata; dan sesungguhnya Allah memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut peraturan dan undang-undangNya)." (Al-Hajj 22:16)
Selain daripada apa yang dinyatakan di dalam ayat-ayat ini, ada perkara lain yang penting untuk kita ingat: Al-Qur'an ialah panduan kepada orang-orang beriman sebaliknya ia boleh menyesatkan orang-orang yang tidak beriman. Mereka yang tidak percaya yang mereka akan dihimpunkan di hadapan Allah pada Hari Pembalasan dan Al-Qur'an adalah kitab yang benar yang diturunkan oleh Allah, telah gagal memahami tujuan suci ayat-ayat al-Qur'an. Mereka masih pekak dan buta dengan ayat-ayat itu. Keadaan ini dijelaskan di dalam al-Qur'an seperti berikut:
"Dan apabila engkau membaca Al-Quran (wahai Muhammad), Kami jadikan perasaan ingkar dan hasad dengki orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat itu sebagai dinding yang tidak dapat dilihat, yang menyekat mereka daripada memahami bacaanmu. Dan Kami jadikan (perasaan itu sebagai) tutupan yang berlapis-lapis atas hati mereka, juga sebagai penyumbat pada telinga mereka, yang menghalang mereka dari memahami dan mendengar kebenaran Al- Quran; dan sebab itulah apabila engkau menyebut nama Tuhanmu sahaja di dalam Al-Quran, mereka berpaling undur melarikan diri." (Al-Israa' 17:45-:46)
Tanpa sebarang keraguan, sikap orang yang tidak beriman ini adalah berpunca daripada sikap mereka yang tidak ikhlas dan kecenderungan mereka untuk mengikut perasaan dan nafsu. Sebagai contoh  kurangnya pemahaman di kalangan orang-orang yang tidak beriman adalah seperti berikut:
"Dan (ketahuilah bahawa hikmat) Kami tidak menjadikan pengawal-pengawal neraka itu melainkan (dari kalangan) malaikat, (kerana merekalah sekuat-kuat dan sebenar-benar makhluk yang menjalankan perintah Kami); dan (hikmat) Kami tidak menerangkan bilangan mereka melainkan dengan satu bilangan yang menyebabkan kesesatan dan kesengsaraan orang-orang kafir itu, supaya orang-orang yang diberi Kitab (Yahudi dan Nasrani) boleh percaya dengan yakin (akan kebenaran Al-Quran), dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya; dan juga supaya orang-orang yang diberi Kitab dan orang-orang yang beriman itu tidak ragu-ragu (tentang kebenaran keterangan itu); dan (sebaliknya) supaya orang-orang (munafik) yang ada penyakit (ragu-ragu) dalam hatinya dan orang-orang kafir berkata: "Apakah yang di maksudkan oleh Allah dengan menyebutkan bilangan ganjil ini?" Demikianlah Allah menyesatkan sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya), dan memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan tiada yang mengetahui tentera Tuhanmu melainkan Dia lah sahaja. Dan (ingatlah, segala yang diterangkan berkenaan dengan) neraka itu tidak lain hanyalah menjadi peringatan bagi manusia." (Al-Muddaththir 74:31)
Orang-orang beriman sebaliknya mempunyai fikiran yang berbeza. Apabila mereka mendengar ayat-ayat Allah, mereka patuh dengan keindahan mesej itu dan dengan demikian medapat keselamatan di dunia dan di akhirat. Sikap orang yang beriman terhadap ayat-ayat Allah dijelaskan di dalam al-Quran seperti berikut:
"Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu Kitab Suci Al-Quran yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (tentang benarnya dan indahnya), yang berulang-ulang (keterangannya, dengan berbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya atau membacanya) kulit badan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah. Kitab Suci itulah hidayah petunjuk Allah; Allah memberi hidayah petunjuk dengan Al-Quran itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan (ingatlah) sesiapa yang disesatkan Allah (disebabkan pilihannya yang salah), maka tidak ada sesiapa pun yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya." (Az-Zumar 39:23)
Ingatlah, sekiranya kita benar-benar takutkan Allah, hati kita akan lembut apabila mendengar ayat-ayat-Nya. Ini kerana Allah telah menyatakan kepada kita bahawa orang yang beriman dengan iman yang sebenar akan mendapat kemudahan untuk memahami Al-Qur'an sebagai kitab yang benar. Hanya orang yang tidak beriman mempunyai keraguan tentang kesahihannya:
"Dan juga supaya orang-orang yang beroleh ilmu mengetahui bahawa ayat-ayat keterangan itu benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman kepadanya, sehingga tunduk taatlah hati mereka mematuhinya; dan sesungguhnya Allah sentiasa memimpin orang-orang yang beriman ke jalan yang lurus. Dan orang-orang kafir tetap di dalam keraguan terhadap Al-Quran hingga datang kepada mereka saat kiamat secara mengejut, atau datang kepada mereka azab hari yang tidak ada kebaikan untuk mereka." (Al-Hajj 22:54-55)
Ingatlah, kita akan dihakimi berpandukan Al-Qur'an pada Hari Pembalasan. Allah menyatakan kebenaran ini didalam ayat tersebut:
"Dengan yang demikian, berpegang teguhlah engkau kepada Al-Quran yang telah diwahyukan kepadamu; kerana sesungguhnya engkau berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al-Quran itu memberikan kemuliaan dan peringatan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada kaummu; dan kamu akan ditanya kelak (tentang isi kandungannya yang kamu telah amalkan). (Az-Zukhruf 43:43-44)
Masyarakat yang jauh daripada Al-Qur'an, dan mereka yang hampir mengabaikannya, sepatutnya tidak boleh memperdayakan kita. Ini kerana, sebagaimana manusia menganggap jangka hayat seseorang ialah antara 60- 70 tahun sebagai jaminan, mereka cenderung menunggu usia tua sebagai masa yang sesuai untuk mengikuti ajaran Al-Qur'an. Mereka dengan salahnya menyimpulkan bahawa hidup berlandaskan agama akan menggugat kegembiraan masa muda mereka. Dengan alasan yang tidak tulus ini, bagaimanapun, mereka menyiapkan diri mereka untuk kesudahan yang pahit.
Satu-satunya panduan yang menerangkan kepada kita bagaimana untuk menjadi hamba kepada Allah ialah Al-Qur'an. Kita perlu menstrukturkan hidup kita berlandaskan perintah-perintahnya. Ini kerana, pada Hari Kiamat, muslim dan bukan muslim adalah sama dan mereka akan diadili berdasarkan kepada kepatuhan mereka terhadap Al-Qur'an. Jangan sesekali lupa bahawa kita hanya boleh berharap untuk mendapatkan syurga dan bebas daripada hukuman yang kekal dengan syarat yang kita benar-benar ikhlas melaksanakan perintah-perintah didalam Al-Qur'an. 

.