NAMA BLOGGERS

Thursday, April 28, 2011

Muslim yang Hidup dengan Petunjuk Allah

Muslim yang Hidup dengan Petunjuk Allah
     "Sesungguhnya Tuhanmu (wahai Muhammad) mengetahui bahawasanya engkau bangun (sembahyang Tahajjud) selama kurang dari dua pertiga malam, dan selama satu perduanya, dan selama satu pertiganya; dan (demikian juga dilakukan oleh) segolongan dari orang-orang yang bersama-samamu (kerana hendak menepati perintah yang terdahulu); padahal Allah jualah yang menentukan dengan tepat kadar masa malam dan siang. Ia mengetahui bahawa kamu tidak sekali-kali akan dapat mengira dengan tepat kadar masa itu, lalu Ia menarik balik perintahNya yang terdahulu (dengan memberi kemudahan) kepada kamu; oleh itu bacalah mana-mana yang mudah kamu dapat membacanya dari Al-Quran (dalam sembahyang). Ia juga mengetahui bahawa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit; dan yang lainnya orang-orang yang musafir di muka bumi untuk mencari rezeki dari limpah kurnia Allah; dan yang lainnya lagi orang-orang yang berjuang pada jalan Allah (membela agamaNya). Maka bacalah mana-mana yang sudah kamu dapat membacanya dari Al-Quran; dan dirikanlah sembahyang serta berikanlah zakat; dan berilah pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (ikhlas). Dan (ingatlah), apa jua kebaikan yang kamu kerjakan sebagai bekalan untuk diri kamu, tentulah kamu akan mendapat balasannya pada sisi Allah, -sebagai balasan yang sebaik-baiknya dan yang amat besar pahalanya. Dan mintalah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani".(Al-Muzzammil: 20)
     Hidup dengan nilai-nilai Islam dapat dilakukan dengan mengamalkan perintah dan nasihat yang diberikan oleh Al-Qur'an pada segala segi kehidupan. Hal demikian dan perlaksanaan sunnah adalah satu-satunya cara agar manusia mampu mencapai hasil terbaik dan yang paling membahagiakan di dunia dan akhirat:
     "Sesiapa yang beramal soleh, dari lelaki atau perempuan, sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik; dan sesungguhnya kami akan membalas mereka, dengan memberikan pahala yang lebih dari apa yang mereka telah kerjakan."(Al-Nahl: 97)
     Dengan kehendak Allah, menjalai hidup sesuai ajaran Al-Qur'an dan sunnah akan membuat seseorang mampu mengembangkan sebuah pemahaman yang luas, kecerdasan yang unggul, kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan kemampuan untuk mempertimbangkan sebuah urusan secara mendalam.
     Keteria ini akan menjamin seseorang menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan kemudahan yang bersumber dari kelebihan tersebut. Mereka yang menjalani hidupnya dengan berserah diri kepada Allah akan sepenuhnya berbeza.

Tuesday, April 26, 2011

Pemberitahuan Allah kepada Rasulullah atas Perilaku Munafik

  Pemberitahuan Allah kepada Rasulullah atas Perilaku Munafik.
     "Dan di antara mereka (yang hadir di majlismu wahai Muhammad, ialah orang-orang munafik) yang mendengar ajaranmu (dengan sambil lewa), sehingga apabila mereka keluar dari sisimu berkatalah mereka (secara mengejek-ejek) kepada orang-orang yang diberi ilmu (dari kalangan sahabat-sahabatmu yang setia): "Apa yang dikatakan oleh Muhammad tadi?" Mereka (yang munafik) itu ialah orang-orang yang telah dimeteraikan Allah atas hati mereka, dan ialah orang-orang yang menurut hawa nafsunya."(Muhammad: 16)
     Orang-orang beriman menghadapi sekelompok orang kafir dan munafik yamg menggunakan berbagai cara untuk menyesatkan mereka dari jalan yang yang benar. Al-Qur'an memberikan contoh terperinci tentang penghinaan dan umpatan yang di gunakan oleh orang-orang kafir dan munafik,
     "Demi sesungguhnya, kamu akan diuji pada harta benda dan diri kamu. Dan demi sesungguhnya, kamu akan mendengar dari orang-orang yang telah diberikan Kitab dahulu daripada kamu dan orang-orang yang musyrik: banyak (tuduhan-tuduhan dan cacian) yang menyakitkan hati. Dalam pada itu, jika kamu bersabar dan bertaqwa maka sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat (melakukannya)."(Li'Imraan: 186)
     Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahawa kebohongan dan fitnah yang ditujukan kepada orang-orang beriman sebenarnya baik bagi mereka. Dalam ayat lainnya, Allah menghubungkan kenyataan tersebut dengan contoh lain pada Rasulullah saw.
     "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah segolongan dari kalangan kamu; janganlah kamu menyangka (berita yang dusta) itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang di antara mereka akan beroleh hukuman sepadan dengan kesalahan yang dilakukannya itu, dan orang yang mengambil bahagian besar dalam menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar (di dunia dan di akhirat)."(An-Nuur: 11)

Monday, April 25, 2011

Islam dalam Mengabadikan Orang Besar

 Islam dalam Mengabadikan Orang Besar

   Barangkali akan ada orang berkata: Apakah tidak memenuhi suatu maksud umat untuk mengembalikan sebagian keindahan yang pernah dicapai oleh orang-orang besar kita yang telah berhasil mengisi lembaran sejarah yang berharga itu, lantas para pembesar itu diabadikan dalam bentuk patung agar menjadi peringatan generasi berikutnya terhadap jasa-jasa dan keunggulan yang pernah mereka capai; sebab peringatan bangsa itu sering dilupakan dan pertukaran malam dan siang itu sendiri sebenarnya yang membawa lupa? 

   Untuk menjawab persoalan ini, perlu dijelaskan, bahwa Islam sama sekali tidak suka berlebih-lebihan dalam menghargai seseorang, betapapun tingginya kedudukan orang tersebut, baik mereka yang masih hidup ataupun yang sudah mati.

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

      "Jangan kamu menghormat aku seperti orang-orang Nasrani menghormati Isa bin Maryam, tetapi katakanlah, bahwa Muhammad itu hamba Allah dan RasulNya." (Riwayat Bukhari)

    Mereka bermaksud akan berdiri apabila melihat Nabi, sebagai suatu penghormatan kepadanya dan untuk mengagungkan kedudukannya.

Cara semacam itu dilarang oleh Nabi dengan sabdanya: 
     "Jangan kamu berdiri seperti orang-orang ajam (selain Arab) yang berdiri untuk menghormat satu sama lain." (Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)
Beliau pun memberikan suatu peringatan kepada umatnya, sikap yang berlebih-lebihan terhadap kedudukan Nabi sesudah beliau mati, maka bersabdalah Nabi sebagai berikut:
     "Jangan kamu menjadikan kuburku ini sebagai tempat hariraya." (Riwayat Abu Daud)
Dan dalam doanya kepada Tuhannya beliau mengatakan:
     "Ya Allah! Jangan engkau jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah." (Riwayat Malik)
Ada beberapa orang datang kepada Nabi s.a.w., mereka itu memanggil Nabi dengan kata-katanya:
     "Hai orang baik kami dan anak orang baik kami, hai tuan kami dan anak tuan kami."
Mendengar panggilan seperti itu, Nabi kemudian menegurnya dengan sabdanya sebagai berikut:
     "Hai manusia! Ucapkanlah seperti ucapanmu biasa atau hampir seperti ucapanmu yang biasa itu, jangan kamu dapat diperdayakan oleh syaitan. Saya adalah Muhammad, hamba Allah dan pesuruhNya. Saya tidak suka kamu mengangkat aku lebih dari kedudukanku yang telah Allah tempatkan aku." (Riwayat Nasa'i)
     Agama ini (baca Islam) pendiriannya dalam masalah menghormat orang, tidak suka seseorang itu diangkat-angkat seperti berhala/tugu yang didirikan dengan belanja yang beribu-ribu supaya orang-orang memberikan penghormatan kepadanya.
Banyak sekali material yang dimasukkan oleh penganjur-penganjur kebesaran dan jurukunci tempat-tempat bersejarah melalui pintu orang-orang atau pengikut dan ekornya yang telah mampu mendirikan berhala/tugu ini. Dengan begitu, maka pada hakikatnya mereka ini telah menyesatkan rakyat dengan menggunakan orang-orang besar yang jujur itu.
Keabadian hakiki yang dikenal di kalangan umat Islam hanyalah Allah yang mengetahui segala yang rahsia dan tersembunyi, yang tidak sesat dan tidak lupa. Sedang kebanyakan para pembesar yang namanya diabadikan di sisi Allah adalah orang-orang yang tidak begitu dikenal oleh manusia. Hal ini justru kerana Allah suka kepada orang-orang yang baik, taqwa dan tidak perlu menampak-nampakkan kepada orang lain. Mereka ini apabila datang tidak dikenal, dan apabila pergi tidak dicari.
Sekalipun keabadian itu sangat perlu bagi manusia, tetapi tidak mesti dengan didirikannya patung untuk orang-orang besar yang perlu diabadikan itu. Cara untuk mengabadikan yang dibenarkan oleh Islam ialah mengabadikan mereka itu ke dalam hati dan lisan, yaitu dengan menyebut kejayaan perjuangan mereka dan peninggalan-peninggalan yang baik-baik yang ditinggalkan untuk generasi sesudah mereka. Dengan demikian mereka itu akan selalu menjadi sebutan orang-orang belakangan.
     Rasulullah s.a.w. sendiri dan begitu juga para khalifah dan pemuka-pemuka Islam lainnya, tidak ada yang diabadikan dengan berbentuk materi dan patung-patung yang terbuat dari batu yang dipahat.
Keabadian mereka itu semata-mata adalah kerana sifat-sifat baiknya (manaqibnya) yang diceritakan oleh orang-orang dulu (salaf) kepada orang-orang belakangan (khalaf) dan yang diceritakan oleh orang-orang tua kepada anak-anaknya. Sifat beliau itu tertanam dalam hati, selalu disebut dalam lisan, selalu mengumandang di majlis-majlis serta memenuhi hati, walaupun tanpa diwujudkan dengan patung dan gambar.

Halal dan Haram dalam Islam
Oleh Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi

Thursday, April 21, 2011

Siksa Bagi Pendosa di dalam Neraka

Siksa Bagi Pendosa di dalam Neraka
     "Dan demi sesungguhnya! Kami telah binasakan orang-orang yang sama keadaannya seperti kamu; maka adakah sesiapa yang mahu mengambil peringatan dan pelajaran? "(Al-Qamar: 51)
     Pedihnya rasa sakit dan hukuman yang dialami di neraka tidak dapat dibandingkan sakit apa pun didunia ini. Siksa api ada bermacam jenis. Penghuni neraka terus menerus menjerit agar dapat di selamatkan dari api, mereka dimampatkan didalam ruang-ruang yang sempit, tangan mereka terikat ke leher, mereka meronta-ronta kesakitan. Lapar dan haus mereka menjadi tidak tertahankan. Rasa sakit mereka tidak pernah berkurang. Keadaan mereka ini di perburukan oleh penyesalan besar, perasaan putus asa,dan menghilangharapan. Mereka ingin musnah selama-lamanya, namun sia-sia. mereka diceritakan:
     "Dan sesiapa yang derhaka kepada Allah dan RasulNya, dan melampaui batas-batas SyariatNya, akan dimasukkan oleh Allah ke dalam api neraka, kekallah dia di dalamnya, dan baginya azab seksa yang amat menghina."(An-Nisaa' : 14)
     "Sesungguhnya orang-orang yang kufur ingkar kepada ayat-ayat keterangan Kami, Kami akan membakar mereka dalam api neraka. Tiap-tiap kali kulit mereka masak hangus, Kami gantikan untuk mereka kulit yang lain supaya mereka dapat merasa azab sengsara itu. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah adalah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana."(An-Nisaa' : 56)
     "Dan katakanlah (wahai Muhammad): "Kebenaran itu ialah yang datang dari Tuhan kamu, maka sesiapa yang mahu beriman, hendaklah ia beriman; dan sesiapa yang mahu kufur ingkar, biarlah dia mengingkarinya". Kerana Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang berlaku zalim itu api neraka, yang meliputi mereka laksana khemah; dan jika mereka meminta pertolongan kerana dahaga, mereka diberi pertolongan dengan air yang seperti tembaga cair yang membakar muka; amatlah buruknya minuman itu, dan amatlah buruknya neraka sebagai tempat bersenang-senang."(Al-Kahfi: 29)
     "Rasalah bakarannya; kemudian sama ada kamu bersabar (menderita azabnya) atau tidak bersabar, sama sahaja (tidak ada faedahnya) kepada kamu, kerana kamu tidak dibalas melainkan dengan apa yang kamu telah kerjakan"(At-Tuur: 16)

Friday, April 15, 2011

Golongan Pencari Kebenaran dan Pengikut Taklid

Golongan Pencari Kebenaran dan Pengikut Taklid*
     "Dan jika Kami turunkan malaikat pun kepada mereka, dan orang-orang yang mati (hidup semula lalu) berkata-kata dengan mereka, dan kami himpunkan pula tiap-tiap sesuatu di hadapan mereka (untuk menjadi saksi tentang kebenaran Nabi Muhammad), nescaya mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika dikehendaki Allah; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat yang sebenar)."(An-An'aam: 111)
     Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berfikir secara sedar, kemudian merenung dan pada akhirnya   sampai kepada kebenaran dan menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahawa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta, ataupun mengikut kebiasaan, berada dalam kekeliruan.
     Ketika di tanya, para pengekor itu akan menjawab bahawa mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah. Tetapi kerana tidak berfikir, mereka sekadar melakukan ibadah dan aktiviti hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentaliti golongan ini digambarkan dalam Al-Qur'an:
     "Tanyakanlah (wahai Muhammad): "Kepunyaan siapakah bumi ini dan segala yang ada padanya, kalau kamu mengetahui?.Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Mengapa kamu tidak mahu ingat (dan insaf)?.  
Tanyakanlah lagi: "Siapakah Tuhan yang memiliki dan mentadbirkan langit yang tujuh, dan Tuhan yang mempunyai Arasy yang besar?.Mereka akan menjawab: "(Semuanya) kepunyaan Allah". Katakanlah: "Mengapa kamu tidak mahu bertaqwa?. Tanyakanlah lagi: Siapakah yang memegang kuasa pemerintahan tiap-tiap sesuatu, serta ia dapat melindungi (segala-galanya) dan tidak ada sesuatupun yang dapat disembunyi daripada kekuasaannya? (Jawablah) jika kamu mengetahui!. Mereka akan menjawab: "(Segala-galanya) dikuasai Allah". Katakanlah: "Jika demikian, bagaimana kamu tertarik hati kepada perkara yang tidak benar?.(Bukanlah sebagaimana tuduhan mereka) bahkan Kami telah membawa kepada mereka keterangan yang benar, dan sesungguhnya mereka adalah berdusta."(Al-Mu'minuun: 84-90)


*Definisi ilmu menurut ulama adalah : Sesuatu yang kamu perdalami dan kamu fahami, dan setiap orang yang mendalami sesuatu dan memahaminya maka sesungguhnya dia mengetahui. Atas dasar ini, maka orang yang tidak mendalami sesuatu, lalu ia mengatakannya kerana taklid, maka dia tidak mengetahuinya. Sedangkan taklid menurut ulama adalah bukan ittiba’ (mengikuti). Sebab ittiba’ adalah bila kamu mengikuti orang yang berpendapat tentang sesuatu yang telah kamu ketahui kesahihan (kebenaran) pendapatnya. Sedangkan taklid adalah bila kamu mengatakan pendapat seseorang dan kamu tidak mengetahui arah dan erti pendapat tersebut.

Monday, April 11, 2011

Jiwa yang Condong Pada Kejahatan

Jiwa yang Condong Pada Kejahatan.
     "Dan kalaulah tidak Kami menetapkan engkau (berpegang teguh kepada kebenaran), tentulah engkau sudah mendekati dengan menyetujui sedikit kepada kehendak mereka."(Al-Israa': 74)
     Musuh lain yang harus kita perangi adalah diri kita sendiri. Allah mengilhami manusia dengan kebaikan dan keburukan. Keburukan dalam diri kita selalu bekerja untuk setan. Al-Qur'an menjelaskan:
     "Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa; Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya - yang sedia bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan),"(Asy-Syams: 7-10)
     Manusia seharusnya mengawasi kelemahan jiwanya dan berbuat kebaikan serta mengekang nafsu, sebagaimana ditegaskan :
     "Dan jika seorang perempuan bimbang akan timbul dari suaminya "nusyuz" (kebencian), atau tidak melayaninya, maka tiadalah salah bagi mereka (suami isteri) membuat perdamaian di antara mereka berdua (secara yang sebaik-baiknya), kerana perdamaian itu lebih baik (bagi mereka daripada bercerai-berai); sedang sifat bakhil kedekut (tidak suka memberi atau bertolak ansur) itu memang tabiat semula jadi yang ada pada manusia. Dan jika kamu berlaku baik (dalam pergaulan), dan mencegah diri (daripada melakukan kezaliman), maka sesungguhnya Allah Maha Mendalam PengetahuanNya akan apa yang kamu lakukan."(An-Nisaa': 128)
     Kerana satu-satunya cara mencapai keselamatan adalah dengan mengekang nafsu:
     "Dan orang-orang (Ansar) yang mendiami negeri (Madinah) serta beriman sebelum mereka, mengasihi orang-orang yang berhijrah ke negeri mereka, dan tidak ada pula dalam hati mereka perasaan berhajatkan apa yang telah diberi kepada orang-orang yang berhijrah itu; dan mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat. Dan (ingatlah), sesiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya."(Al-Hasy-r: 9)
     "Adapun orang yang takutkan keadaan semasa ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan dirinya dari menurut hawa nafsu,Maka sesungguhnya Syurgalah tempat kediamannya."(An-Naazi'aat: 40-41)
     Jiwa kita mempunyai kecenderungan menyenangi hasrat dan keinginan yang sia-sia. Mereka membisikan bahawa kita akan puas ketika memperolehi harta lebih dan mendapat status yang lebih tinggi dalam masyarakat. Walaupun demikian, semua kesenangan ini tidak pernah memuaskankan orang-orang beriman dalam erti yang sebenarnya. Jiwa kita akan merasa puas jika menyerahkan diri kita sepenuhnya hanya kepada Allah. Itulah sebabnya, orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya memiliki kepuasan jiwa. Ini terjadi kerana mereka menjauhkan diri dari kejahatan, melawan nafsu jiwa mereka, dan membaktikan diri hanya kepada Allah:
     "(Setelah menerangkan akibat orang-orang yang tidak menghiraukan akhirat, Tuhan menyatakan bahawa orang-orang yang beriman dan beramal soleh akan disambut dengan kata-kata): "Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan dan bawaan baiknya!.  Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati (dengan segala nikmat yang diberikan) lagi diredhai (di sisi Tuhanmu) !. "Serta masuklah engkau dalam kumpulan hamba-hambaku yang berbahagia. Dan masuklah ke dalam SyurgaKu! " (Al-Fajr: 27-30)

Friday, April 8, 2011

Menjaga Hubungan Sosial

Menjaga Hubungan Sosial.
     "Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu (terserah) bagi Allah dan bagi RasulNya (untuk menentukan pembahagiannya). Oleh itu, bertaqwalah kamu kepada Allah dan perbaikilah keadaan perhubungan di antara kamu, serta taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika betul kamu orang-orang yang beriman".(Al-Anfaal: 1)
     Dalam salah satu ayat-Nya, Allah memberi perintah kepada kaum mukmin untuk "menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya" :
     "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan (suruhanNya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Melihat."(An-Nisaa': 58)
     Barangkali orang akan menemukan tindak kejahatan yamg dilakukan oleh orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Keengganannya untuk melihat dan menyedari pembalasan dari Allah, menyebabkan orang tersebut kerap memfitnah orang lain yang tidak berdosa. Orang seperti ini benar-benar melalaikan diri bahawa Allah mengawasi segala sesuatu ada balasannya di hari Akhir kelak. Bagi yang memiliki fahaman seperti ujian, penderitaan atau dimasukkan kedalam penjara sekalipun tidak akan meruntuhkan keyakinannya:
     "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah segolongan dari kalangan kamu; janganlah kamu menyangka (berita yang dusta) itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang di antara mereka akan beroleh hukuman sepadan dengan kesalahan yang dilakukannya itu, dan orang yang mengambil bahagian besar dalam menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar (di dunia dan di akhirat)."(An-Nuur: 11)

Tuesday, April 5, 2011

Jika Allah Tidak Lagi Di Takuti

Jika Allah Tidak Lagi Di Takuti.
     "Dan bagaimana kamu akan menjadi kafir padahal kepada kamu dibacakan ayat-ayat Allah (Al-Quran), dan dalam kalangan kamu ada RasulNya (Muhammad, s.a.w)? Dan sesiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah beroleh petunjuk hidayah ke jalan yang betul (lurus)."(A-li'Imraan: 101)
     Bayangkan ada dua orang. Salah satunya tahu betul bahawa ia akan bertemu dengan Allah dan menyedari bahawa setiap tindakannya ada pertanggungjawaban. Satu lagi, sebaliknya, beranggapan ia tidak harus berhubungan dengan orang lain. Tentu saja, terdapat perbedaan yang nyata bagaimana kedua orang itu meletakkan diri mereka.
     Seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah hampir pasti menyukai perbuatan dosa dan mengabaikan tindakan tidak bermoral bila ia merasa senang melakukannya. Misalnya, seseorang yang sanggup membunuh manusia tanpa alasan jelas atau bukan untuk kepentingan kemanusiaan, melakukan hal itu kerana tidak takut kepada Allah. Jika ia memegang teguh pada keimanan kepada Allah dan hari Akhir, ia tidak akan sanggup melakukan apa pun yang dilarang,kerana ia akan dipertanggungjawabkan pada  hari Akhir kelak. Dalam Al-Qur'an sejarah putra-putra Nabi Adam as.,diberikan sebagai contoh untuk membangkitan perhatian kita tentang perbedaan yang ketara antara orang yan takut dan tidak kepada Allah:
     "Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil):" Sesungguhnya aku akan membunuhmu!". (Habil) menjawab: "Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa; Demi sesungguhnya! Jika engkau hulurkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak sekali-kali akan menghulurkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Kerana sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan Yang mentadbirkan sekalian alam;"(Al-Maaidah: 27-28)

Friday, April 1, 2011

Balasan Ingkar Dan Pahala Iman

Balasan Ingkar Dan Pahala Iman.
     "Sesungguhnya orang-orang yang kufur ingkar kepada ayat-ayat keterangan Kami, Kami akan membakar mereka dalam api neraka. Tiap-tiap kali kulit mereka masak hangus, Kami gantikan untuk mereka kulit yang lain supaya mereka dapat merasa azab sengsara itu. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah adalah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana."(An-Nisaa': 56)
     Berdasarkan rashia yang diungkapkan dalam Al-Qur'an, seorag kafir nampaknya mati dalam keadaan tenang di tempat tidurnya. Kelihatannya bagi orang-orang yang ada disekitarnya ia sama sekali tidak mengalami kesakitan atau penderitaan pada saat kematiannya kecuali matanya hanya tertutup dengan begitu. 
     Namun, Allah memberitahu kita bahawa seorang kafir merasakan penderitaan yang dahsyat yang tidak dapat kita saksikan,. Bagaimana para malikat mencabut nyawa orang-orang kafir, semuanya itu di jelaskan:
     "(Kalaulah mereka terlepas sekarang dari bencana kejahatan mereka) maka bagaimanakah (mereka dapat menolak azab seksa) apabila malaikat mengambil nyawa mereka sambil memukul muka dan punggung mereka?. (Kematian mereka dalam keadaan yang buruk) itu, kerana mereka menurut (serta melakukan) perkara-perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah, dan mereka pula membenci perkara-perkara yang diredhaiNya; oleh itu, Allah gugurkan amal-amal mereka (yang baik, yang pernah mereka lakukan)."(Muhammad: 47-48)
     "Dan (amatlah ngerinya) kalau engkau melihat (wahai orang yang memandang), ketika malaikat mengambil nyawa orang-orang kafir dengan memukul muka dan belakang mereka (sambil berkata): "Rasalah kamu azab seksa neraka yang membakar. (Azab seksa) yang demikian itu ialah disebabkan apa yang telah dilakukan oleh tangan kamu sendiri, kerana sesungguhnya Allah tidak sekali-kali berlaku zalim kepada hamba-hambaNya."(Al-Anfaal: 50-51)
     Sebagai disebalik dari kematian menyengsarakan yang dialami orang-orang kafir, orang-orang beriman mengalami kematian dengan sangat mudah. Misalnya, seorang beriman mengalami kematian yang berperang bersama Nabi, kemudian ditikam dengan pedang, ia mengalami saat kematian dengan damai.
     Sebagaimana diberitakan dalam ayat tersebut, nyawa orang-orang yang beriman akan dicabut dalam keadaan suci dan mereka akan disambut dengan malaikat dengan salam dan berita gembira, semuanya ini digambarkan:
     "(Iaitu) mereka yang diambil nyawanya oleh malaikat dalam keadaan mereka bersih suci (dari kufur syirik dan maksiat), sambil malaikat itu berkata kepada mereka: "Selamat sejahtera kepada kamu; masuklah ke dalam Syurga disebabkan amal baik yang telah kamu kerjakan".(Al-Nahl: 32)

.