NAMA BLOGGERS

Thursday, December 29, 2011

Tidak Mengolok-olok


     Ayat berikut secara jelas memberitahukan kepada orang-orang beriman agar jangan saling mengolok-olok.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lelaki) mencemuh dan merendah-rendahkan puak lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah setengah kamu menyatakan keaiban setengahnya yang lain; dan janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan nama fasik (kepada seseorang) sesudah ia beriman. Dan (ingatlah), sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka merekalah orang-orang yang zalim."(Al-Hujuraat: 11)
Allah menyuruh manusia menahan diri dari mengolok-olok. Mengolok-olok dapat berupa menertawai kemalangan orang lain, tersenyum sinis, menyindir, atau memandang rendah. Sikap-sikap seperti itu merupakan budaya orang-orang jahil dan tidak sesuai dengan orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Al-Qur`an memperingatkan kita bahwa orang yang memperturutkan sikap yang demikian akan menderita kerana api neraka akan merambat sampai membakar hati mereka.
"Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci, pengeji, Yang mengumpulkan harta dan berulang-ulang menghitung kekayaannya; Ia menyangka bahawa hartanya itu dapat mengekalkannya (dalam dunia ini)! Tidak! Sesungguhnya dia akan dicampakkan ke dalam "Al-Hutamah". (Al-Hutamah) ialah api Allah yang dinyalakan (dengan perintahNya), Yang naik menjulang ke hati; Sesungguhnnya api neraka itu ditutup rapat atas mereka, (Mereka terikat di situ) pada batang-batang palang yang melintang panjang."(Al-humazah: 1-9)
Tidaklah mungkin bagi orang-orang beriman berperilaku sinis setelah mengetahui kehendak Allah ini. Kerana itu, tidak ada orang beriman yang dengan sengaja bersikap seperti itu. Akan tetapi, jikalau ada orang beriman yang tergelincir pada sikap demikian, hal itu disebabkan kerana ketidaksadarannya berlaku salah dan menganggapnya sebagai lucu. Akan tetapi, begitu ia menyedari kesalahannya, ia harus segera berhenti dan bertubat.

Monday, December 26, 2011

DAPATKAH MORAL TEGAK TANPA AGAMA?

Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan beragam tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian, iri hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada orang yang ta’at kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan buruk tadi kerana mengetahui bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya di akhirat kelak.
Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, “Saya ateis* namun tidak menerima sogokan”, atau “Saya ateis* namun tidak berjudi”. Mengapa? Kerana orang yang tidak takut kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat, akan melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.
Seseorang yang mengatakan, “Saya ateis* namun tidak berzina” cenderung melakukannya jika penzinaan di lingkungan tertentu dianggap normal. Atau seseorang yang menerima rasuah(sogokan) akan memberi alasan, “Anak saya sakit berat dan tenat, kerananya saya harus menerimanya”, jika ia tidak takut kepada Allah. Di negara yang tak beragama, pada keadaan tertentu pencuri pun akan dianggap sah-sah saja. Contohnya, masyarakat tak beragama selalu beranggapan bahwa mengambil barangan atau perhiasan  dari hotel atau pusat rekreasi bukanlah perbuatan pencurian.
Seorang yang beragama tak akan berperilaku demikian, kerana ia takut kepada Allah dan tak akan pernah lupa bahwa Allah selalu mengetahui niat dan pikirannya. Dia beramal setulus hati dan selalu menghindari perbuatan dosa.
Seorang yang jauh dari bimbingan agama selalu saja berkata “Saya seorang ateis* namun pema’af. Saya tak memiliki rasa dendam ataupun rasa benci”. Namun sesuatu hal dapat terjadi padanya yang menyebabkannya tak mampu mengendalikan diri, lalu mempertontonkan perilaku yang tak diinginkan. Dia selalu saja melakukan pembunuhan atau mencelakai orang lain, kerana moralnya berubah sesuai dengan lingkungan dan keadaan tempat tinggalnya.
Sebaliknya, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak kan pernah menyimpang dari moral yang baik, seburuk apapun keadaan di kawasannya. Moralnya tidak “berubah-ubah” melainkan tetap kukuh. Orang-orang beriman memiliki moral yang tinggi. Sifat-sifat mereka disebut Allah dalam ayatNya:
"Orang-orang yang menyempurnakan perjanjian Allah dan tidak merombak (mencabuli) perjanjian yang telah diperteguhkan itu; Dan orang-orang yang menghubungkan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, dan yang menaruh bimbang akan kemurkaan Tuhan mereka, serta takut kepada kesukaran yang akan dihadapi semasa soaljawab dan hitungan amal (pada hari kiamat); Dan orang-orang yang sabar kerana mengharapkan keredaan Tuhan mereka semata-mata, dan mendirikan sembahyang, serta mendermakan dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka, secara bersembunyi atau secara terbuka; dan mereka pula menolak kejahatan dengan cara yang baik; mereka itu semuanya adalah disediakan baginya balasan yang sebaik-baiknya pada hari akhirat;(Ar-Ra'd: 20-22)

*ateis- orang yang tidak mengangakui atau mempercayai kewujudan Tuhan

Wednesday, December 21, 2011

Dapat Dipercaya

Al-Qur`an menggambarkan sifat amanah sebagai salah satu prinsip moral dan jalan menuju kejayaan. Orang-orang beriman harus menjaga amanat yang dipercayakan kepadanya sampai amanat tersebut dikembalikan. Selain itu, mereka pun harus dapat membezakan siapa yang mengamanatkan dan siapa yang berhak atas amanat tersebut. Dalam hal ini, Al-Qur`an menjelaskan,
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyerahkan segala jenis amanah kepada ahlinya (yang berhak menerimanya), dan apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, (Allah menyuruh) kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah dengan (suruhanNya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Melihat."(An-Nisa': 58)
Pada ayat lain dijelaskan,
  "Bahkan (mereka berdosa memakan hak orang, kerana), sesiapa yang menyempurnakan janjinya (mengenai hak orang lain) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang bertaqwa."(A-li'Imraan; 76)
Amanat merupakan berupa wang, tugasan, atau hal-hal lain. Orang beriman harus dapat menjadi dan membezakan orang-orang yang dapat dipercaya.


Tidak Berselisih di Antara Orang-Orang Beriman


Tidak Berselisih di Antara Orang-Orang Beriman

Salah satu rahasia keberhasilan orang-orang beriman adalah eratnya tali ukhuwah dan solidaritas. Al-Qur`an menekankan pentingnya persatuan, “Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (ash-Shaff: 4)
Perkataan atau perbuatan yang merusak eratnya ukhuwah akan menjadi musuh dan melawan agamanya sendiri. Dalam Al-Qur`an, Allah memperingatkan kaum muslimin agar waspada terhadap ancaman ini,

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Anfaal: 46)

Selanjutnya, orang yang beriman dengan tulus harus berhati-hati agar tidak bertengkar, menjauhi kata-kata atau sikap yang dapat melukai perasaan saudaranya. Selanjutnya, ia harus berlaku sedemikian rupa untuk menghindari pertengkaran serta menambah kepercayaan di antara mereka. Di dalam Al-Qur`an, kita dapatkan perintah yang jelas,

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya, setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya, setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (al-Israa`: 53)

Jika orang yang beriman berbeda pendapat dengan saudaranya pada suatu masalah, ia harus bertingkah laku dan berkata dengan sopan dan lembut. Dalam mengeluarkan pendapat, ia harus memperlihatkan asas “musyawarah” dan tidak “berdebat”. Jika ada pertikaian di antara dua orang beriman, yang harus dilakukan adalah mengacu pada ayat,

“Sesungguhnya, orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujuraat: 10)

Harus dicatat bahwa perdebatan kecil akan berpengaruh negatif pada jalan dakwah.

Friday, December 16, 2011

Apa yang terjadi dengan sistem sosial jika tidak ada agama?

Konsep pertama yang akan hilang pada sebuah lingkungan tak beragama adalah konsep keluarga. Nilai-nilai yang menjaga keutuhan keluarga seperti kesetiaan, kepatuhan, kasih-sayang dan rasa hormat akan ditinggalkan sama sekali. Harus diingat bahwa keluarga merupakan tiang dari sistem kemasyarakatan. Jika tata nilai keluarga runtuh, maka masyarakat pun akan runtuh. Bahkan bangsa dan negara pun tidak akan ada lagi, kerana seluruh nilai moral yang menyokongnya telah musnah.
Lebih jauh lagi, tak akan ada lagi rasa hormat dan kasih-sayang terhadap orang lain. Ini mengakibatkan kacau bilau dalam masyarakat. Yang kaya membenci yang miskin, yang miskin membenci yang kaya. Angkara murka tumbuh pada mereka yang merasa dirintangi, hidup susah atau miskin. Atau menimbulkan ketidakpuashati terhadap bangsa lain. Pekerja bersikap agresif kepada atasannya. Demikian pula atasan kepada bawahannya. Para bapa berpaling dari anaknya, dan anak berpaling dari bapanya.
Sebab dari pertumpahanan darah yang terus-menerus dan “berita-berita jenayah” di surat kabar adalah ketiadaan agama. Setiap hari dapat kita baca tentang orang-orang yang saling membunuh kerana alasan yang sangat yang tak munasabah.
Orang yang mengetahui bahwa ia akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak, tidak akan melakukan pembunuhan. Dia tahu bahwa Allah melarang manusia melakukan kejahatan. Ia selalu menghindari murka Allah kerana rasa takutnya kepadaNya.
"Dan janganlah kamu berbuat kerosakan di bumi sesudah Allah menyediakan segala yang membawa kebaikan padanya, dan berdoalah kepadaNya dengan perasaan bimbang (kalau-kalau tidak diterima) dan juga dengan perasaan terlalu mengharapkan (supaya makbul). Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang memperbaiki amalannya."(Al-A'raaf: 56)
Tindakan bunuh diri pun disebabkan oleh ketiadaan agama. Orang yang melakukan bunuh diri sama saja dengan melakukan pembunuhan. Orang yang hendak bunuh diri kerana ditinggal kekasih, misalnya, harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut sebelum melakukannya: Apakah ia akan melakukan bunuh diri jika pasangannya menjadi cacat? atau menjadi tua? atau jika wajah pasangannya terbakar? Tentunya tidak. Dia terlalu berlebihan menilai pasangannya seolah sebanding dengan Allah. Bahkan menganggap pasangannya lebih penting dari Allah, lebih penting dari hari akhirat dan dari agama. Ia lebih mempertaruhkan jiwanya bagi pasangannya tersebut dibanding bagi Allah.
Orang yang dibimbing Al-Qur’an tidak akan melakukan hal semacam itu, bahkan tidak akan terlintas sedikitpun dalam benaknya. Seorang yang beriman menyerahkan hidupnya hanya untuk keridhaan Allah, dan menjalani dengan sabar segala kesusahan dan masalah yang Allah ujikan padanya di dunia ini. Ia pun tidak lupa bahwa kesabarannya itu akan mendapatkan balasan berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat.
Pencurian pun merupakan hal yang sangat biasa pada masyarakat yang tak beragama. Seorang pencuri tak pernah berpikir seberapa besar kesusahan yang ditimbulkannya terhadap orang yang dicurinya. Harta yang dikumpulkan mangsanya puluhan tahun diambilnya dalam semalam saja. Ia tak peduli seberapa besar kesusahan yang akan diderita mangsanya. Mungkin saja ia pernah sadar dan menyesali perbuatannya yang telah menimbulkan kesusahan pada orang lain. Jika tidak, keadaannya menjadi lebih buruk. Itu bererti bahwa hatinya telah membatu dan selalu cenderung untuk melakukan segala tindakan yang tak bermoral.
Dalam masyarakat yang tak beragama, nilai-nilai moral seperti keramahan, mau berkorban untuk orang lain, solidariti dan sikap murah hati telah lenyap sama sekali. Orang-orangnya tidak menghargai orang lain sebagaimana layaknya manusia. Bahkan ada yang memandang orang lain sebagai mahluk yang berevolusi dari kera. Tak satu pun dari mereka mau menerima, melayani, menghargai atau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain. Apalagi terhadap mereka yang dianggapnya sebagai berasal dari kera.
Orang-orang yang berpikiran seperti ini tidak menghargai orang lain. Tak satu pun memikirkan kesehatan, kesejahteraan atau kenyamanan orang lain. Mereka tak peduli jika orang lain terluka, atau pernah berusaha agar orang lain terhindar dari kecelakaan semacam itu.
Di rumah sakit, misalnya, orang yang hampir meninggal dibiarkan begitu saja terlentang di katil dalam jangka waktu yang tak tentu; tak seorangpun pun peduli kepadanya. Contoh lain misalnya, pemilik restoran yang menjalankan restorannya tanpa peduli dengan kebersihan. Tempatnya yang kotor dan tidak sehat tak dibersihkannya, tidak peduli dengan bahaya yang mungkin ditimbulkan terhadap kesehatan orang lain yang makan di sana. Ia hanya peduli kepada wang yang dihasilkannya. Ini hanya sebagian kecil contoh yang kita temui sehari-hari.
Logikanya, orang hanya baik terhadap orang lain jika akan mendapat imbalan yang menguntungkan. Namun bagi mereka yang menjalankan standar moral Al-Qur’an, menghargai orang lain merupakan pengabdian kepada Allah. Mereka tak mengharapkan imbalan apa pun. Semuanya merupakan usaha untuk mencari ridha Allah dengan terus-menerus melakukan amal baik, dan berlumba-lumba dalam kebaikan.

Sunday, December 4, 2011

Mengingat Allah dalam Setiap Kesulitan

Mengingat Allah dalam Setiap Kesulitan
     Tujuan hidup orang-orang beriman adalah beribadah kepada Allah. Salah satu cara beribadah adalah menyampaikan ajaran Allah di mana pun dan berjuang melawan pasukan iblis. Perjuangan ini biasanya sangat berat dan keras kerana setiap saat “pasukan iblis” mempunyai peralatan yang lebih baik.
Orang-orang beriman tidak terpengaruh oleh hal ini kerana mereka menyedari adanya sebab akibat di dunia. Realiti ini mengkhabarkan bahwa kemenangan tidak berhubungan dengan jumlah yang banyak atau kekuatan yang dahsyat, tetapi atas perintah dan kehendak Allah. Ajaran agama yang benar memberikan penghargaannya berupa kemenangan iman, 
 "....................  Berapa banyak (yang pernah terjadi), golongan yang sedikit berjaya menewaskan golongan yang banyak dengan izin Allah; dan Allah (sentiasa) bersama-sama orang-orang yang sabar"(Al-Baqarah: 249)
Keimanan yang murnilah yang menunjukkan kemenangan. Kebenaran yang pelik ini, yang tidak dipahami orang-orang ingkar, dijelaskan dalam ayat,
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan sesuatu pasukan (musuh) maka hendaklah kamu tetap teguh menghadapinya, dan sebutlah serta ingatilah Allah (dengan doa) banyak-banyak, supaya kamu berjaya (mencapai kemenangan)."(Al-Anfaal: 45)

Friday, December 2, 2011

Allah Mengetahui Semua Rahsia Hati

Allah Mengetahui Semua Rahsia Hati
Sifat yang paling mendasar dari orang-orang kafir adalah ketidakikhlasan mereka. Mereka tidak ikhlas kepada Allah, orang lain, dan bahkan kepada diri mereka sendiri. Meski mereka berlaku hangat ketika berhadapan dengan orang lain demi kepentingan mereka, pada saat yang sama mereka merasa benci atau cemburu kepadanya. Masalahnya, ketidakikhlasan itu terdapat pada diri mereka sendiri. Meskipun mereka menyaksikan kesalahan dan kejahatan dalam perbuatan mereka dengan jelas, mereka menyembunyikan kenyataan ini di alam bawah sadar mereka dan berbuat layaknya orang yang benar dan sempurna.
Ketidakikhlasan ini berasal dari anggapan bahwa tidak seorang pun mengetahui rahasia di dalam hati mereka, sehingga orang bersalah tersebut dapat berbuat layaknya mereka yang tidak bersalah meski telah melakukan dosa atau kesalahan. Sesungguhnya, mereka benar-benar tidak mengetahui apa yang dipikirkan orang lain dan mereka tidak pernah menyedari bahwa Allah mengetahui semua yang dipikirkan dan semua rahsia hati, termasuk pikiran alam bawah sadar yang mereka sendiri tidak mengetahuinya. Allah mencatat fakta ini pada ayat-ayat berikut.
"Ia mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi; dan Ia mengetahui segala yang kamu rahsiakan serta yang kamu zahirkan; dan Allah sentiasa Mengetahui segala (isi hati) yang terkandung di dalam dada;"(At-Taqhaabun: 4)
"Dan tuturkanlah perkataan kamu dengan perlahan atau dengan nyaring, (sama sahaja keadaannya kepada Allah), kerana sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan segala (isi hati) yang terkandung di dalam dada. Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan PentadbiranNya, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya!"(Al-Mulk: 13-14)
Tidak seorang pun dapat berbicara tanpa sepengetahuan Allah. Allah mengetahui bukan hanya semua perkataan, melainkan semua pikiran orang, termasuk yang berada di alam bawah sadar, yang sebagiannya tidak mereka sedari. Hal ini ditekankan dalam ayat berikut.
"Tidakkah engkau memikirkan, bahawa sesungguhnya Allah mengetahui segala yang ada di langit dan yang ada di bumi? Tiada berlaku bisikan antara tiga orang melainkan Dia lah yang keempatnya, dan tiada (berlaku antara) lima orang melainkan Dia lah yang keenamnya, dan tiada yang kurang dari bilangan itu dan tiada yang lebih ramai, melainkan Ia ada bersama-sama mereka di mana sahaja mereka berada. Kemudian Ia akan memberi tahu kepada mereka - pada hari kiamat - apa yang mereka telah kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu."(Al-Mujaadalah: 7)
"Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,"(Qaaf: 16)
Dengan demikian, perilaku orang beriman haruslah benar-benar didasari keikhlasan dan kerendahan hati di hadapan Allah. Kerana Allah Yang menciptakan dan mengetahui segala sesuatu, tidaklah mungkin kita berpura-pura di depan-Nya. Seseorang harus mengakui semua kelemahan, kesalahan, dan kekhilafannya, meninggalkan kemaksiatan dan kembali kepada Allah, serta meminta pertolongan dan ampunan-Nya.
Para rasul merupakan contoh terbaik dalam keikhlasan mereka kepada Allah. 
"Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim (merayu dengan) berkata: "Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang mati?" Allah berfirman: "Adakah engkau belum percaya (kepada kekuasaanku)?" Nabi Ibrahim menjawab: "Bahkan (aku percaya dan yakin), akan tetapi (aku memohon yang demikian ialah) supaya tenteram hatiku (yang amat ingin menyaksikannya)"..........(Al-Baqarah: 260)
Ini merupakan cara bagaimana orang beriman mengakui kelemahan mereka kepada Allah dan memohon ampunan dari-Nya. Hal yang sama terjadi ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa, “Pergilah kamu kepada Fir’aun.” Musa berkata,
"Nabi Musa merayu dengan berkata: "Wahai Tuhanku, bahawa aku telah membunuh seorang dari kalangan mereka; oleh itu aku takut mereka akan membunuhku "(Al-Qasas: 33)
 Serta memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah. Kejujuran para rasul ini menunjukkan bagaimana orang beriman harus bersikap.
Sebelum seseorang memahami kelemahan dan ketergantungannya kepada Allah, ia tidak dapat memiliki sifat-sifat seperti tabah, rendah hati, beriman, dan berani hanya dengan berpura-pura bersifat demikian, kerana
"................... kerana manusia itu dijadikan berkeadaan lemah."(An-Nisaa': 28)
 Agar mengerti kelemahannya di hadapan Allah. Kerana itu, seseorang harus percaya dan berserah diri kepada Allah serta mengungkapkan kesalahan dan dosanya sebelum memohon keampunan.

Wednesday, November 23, 2011

Tidak Lemah, Bersedih Hati, dan Berputus Asa

Tidak Lemah, Bersedih Hati, dan Berputus Asa
Orang-orang beriman memiliki perjuangan berat dan panjang di jalan Allah. Jalan hidup mereka sering diserang musuh yang jumlahnya sangat banyak dan dengan peralatan yang lebih baik. Akan tetapi, sepanjang mereka berada di jalan Allah, mereka dapat mengatasinya.
Salah satu alasan bagi kemenangan mereka, sebagai orang beriman, mereka melakukan perjuangan dengan semangat dan kegembiraan yang besar. Inilah yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang ingkar kerana mereka telah mencintai kehidupan dunia, mereka tidak beriman kepada Allah. Mereka takut dan lemah serta mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya, orang-orang beriman tidak mudah dilemahkan kerana mereka tahu bahwa Allah selalu bersama mereka dan mereka berharap menjadi orang yang berhasil. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur`an,
"Dan berapa banyak dari Nabi-nabi (dahulu) telah berperang dengan disertai oleh ramai orang-orang yang taat kepada Allah, maka mereka tidak merasa lemah semangat akan apa yang telah menimpa mereka pada jalan (agama) Allah dan mereka juga tidak lemah tenaga dan tidak pula mahu tunduk (kepada musuh). Dan (ingatlah), Allah sentiasa mengasihi orang-orang yang sabar."(A-li'Imraan: 146)
Walaupun demikian, orang-orang beriman mememerlukan ibadah untuk mendapatkan semangat dan kegembiraan ini, kerana sangatlah mudah tergelincir dari jalan Allah. Inilah yang diperjuangkan iblis. Pada saat-saat genting, seorang munafik berkata kepada para Sahabat Rasulullah saw.
"Dan juga masa itu ialah masa segolongan di antara mereka berkata: "Wahai penduduk Yathrib, tempat ini bukan tempat bagi kamu (untuk berjuang di sini), oleh itu baliklah". Dan sebahagian dari mereka pula meminta izin kepada Nabi (hendak balik) sambil berkata: "Sesungguhnya rumah-rumah kami memerlukan perlindungan", pada hal ia tidak memerlukan perlindungan. Mereka hanya bertujuan hendak melarikan diri (dari berjuang menegakkan Islam)." (Al-Ahzaab: 13)
 Lalu ia menciptakan keputusasaan serta menimbulkan perasaan kalah. Akan tetapi, orang-orang beriman telah diperingatkan dalam Al-Qur`an mengenai semua faktor keraguan ini,
"Oleh itu, bersabarlah (wahai Muhammad), sesungguhnya janji Allah itu benar; dan janganlah orang-orang yang tidak meyakini apa yang engkau sampaikan itu menjadikan engkau resah gelisah".(Ar-Ruum: 60)
Orang yang beriman hanya bertanggung jawab kepada dirinya dan Allah serta tidak seharusnya terpengaruh oleh kelemahan yang lain. Kekuatan musuh pun tidak dapat memengaruhi dan membuatnya takut. Seluruh hidup orang beriman hanyalah untuk Allah. Mereka akan terus beribadah demi keridhaan-Nya sampai akhir hayat. Pada sebuah ayat dijelaskan,
"Dan janganlah kamu merasa lemah (dalam perjuangan mempertahan dan menegakkan Islam), dan janganlah kamu berdukacita (terhadap apa yang akan menimpa kamu), padahal kamulah orang-orang yang tertinggi (mengatasi musuh dengan mencapai kemenangan) jika kamu orang-orang yang (sungguh-sungguh) beriman."(A-li'Imraan:139)
            "Dan janganlah kamu lemah (hilang semangat) dalam memburu musuh (yang menceroboh) itu; kerana kalau kamu menderita sakit (luka atau mati) maka sesungguhnya mereka pun menderita sakitnya seperti penderitaan kamu; sedang kamu mengharapkan dari Allah apa yang mereka tidak harapkan (iaitu balasan yang baik pada hari akhirat kelak). Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana."(An-Nisaa': 104)

Para Malaikat Menjadi Saksi

Para Malaikat Menjadi Saksi
      Orang-orang menyangka bahwa mereka “sendirian” bila mereka tidak terlihat oleh yang lain, namun hal ini tidak benar. Pertama, kerana Allah selalu bersama kita dan melihat serta mendengar setiap perbuatan ataupun perkataan kita. Kedua, ada para saksi yang tidak terlihat di sisi kita yang tidak pernah meninggalkan kita. Mereka adalah para malaikat yang bertugas mengawasi kita, yang mencatat setiap perbuatan. Al-Qur`an memberi tahu kita tentang hal ini,
"Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, Semasa dua malaikat (yang mengawal dan menjaganya) menerima dan menulis segala perkataan dan perbuatannya; yang satu duduk di sebelah kanannya, dan yang satu lagi di sebelah kirinya. Tidak ada sebarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya) melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang sentiasa sedia (menerima dan menulisnya)."(Qaaf:16-18)
Apa yang dicatat para malaikat tersebut akan ditunjukkan pada hari perhitungan, ketika manusia akan ditanyai tentang perbuatan mereka di dunia. Al-Qur`an menjelaskan apa yang akan terjadi pada hari tersebut,
"Kemudian sesiapa yang diberi menerima surat amalnya dengan tangan kanannya,Maka ia akan dihisab dengan cara yang mudah dan ringan,Dan ia akan pergi kepada keluarganya (yang beriman) dengan sukacita.Dan sesiapa yang diberi menerima surat amalnya (dengan tangan kiri), dari sebelah belakangnya,Maka ia akan meraung menyebut-nyebut kebinasaannya,Dan ia akan menderita bakaran neraka yang marak menjulang.Sebenarnya ia semasa di dunia dahulu bersukaria dalam kalangan keluarganya (yang juga kufur ingkar)! Sesungguhnya ia menyangka bahawa ia tidak sekali-kali akan kembali (kepada Kami untuk menerima balasan) ! (Sangkaannya itu tidak betul) bahkan ia tetap kembali! Sesungguhnya Tuhannya sentiasa Melihat dan Mengetahui keadaannya!"(Al-Insyiqaaq: 7-15)

Monday, November 14, 2011

Iman kepada Allah

Iman kepada Allah
       Kerana Allah adalah pembuat keputusan, setiap kejadian merupakan anugerah bagi makhluk-Nya: segala sesuatu telah direncanakan untuk kebaikan agama dan untuk kehidupan orang yang beriman di akhirat kelak. Kaum mukminin dapat merujuk pada pengalaman mereka untuk melihat bahwa ada sesuatu yang bermanfaat bagi diri mereka pada akhir sebuah kejadian. Untuk alasan tersebut, kita harus selalu mempercayai Allah.
Dialah Yang Maha Esa dan Maha Melindungi. Seorang mukmin harus bersikap sebagaimana yang Allah inginkan: memenuhi tanggung jawabnya kemudian berserah diri pada Allah dengan hasilnya. Ayat berikut mengungkapkan misteri ini, yang tidak diketahui oleh orang-orang yang ingkar.
"....sesiapa yang bertaqwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya), nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya). Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya. Dan (Ingatlah), sesiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu."(At-Talaaq: 2-3)

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia lah Pelindung yang menyelamatkan kami, dan (dengan kepercayaan itu) maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal"(At-Taubah: 51)
Apa yang seharusnya seorang muslim katakan kepada orang-orang yang ingkar kepada Allah swt., juga tercantum dalam Al-Qur`an,
"Dan mengapa pula kami tidak berserah diri kepada Allah padahal Ia telah menunjukkan jalan untuk tiap-tiap seorang dari kami menjalaninya? Dan demi sesungguhnya, kami akan bersabar terhadap segala perbuatan kamu menyakiti kami. Dan dengan yang demikian, maka kepada Allah jualah hendaknya berserah diri orang-orang yang mahu berserah"(Ibrahim: 12)
Dalam ayat lain dikatakan,
"Jika Allah menolong kamu mencapai kemenangan maka tidak ada sesiapa pun yang akan dapat mengalahkan kamu; dan jika Ia mengalahkan kamu, maka siapakah yang akan dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan yang demikian)? Dan (ingatlah), kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman itu berserah diri."(A-li'lmraan: 160)

Tidak Mengikuti Kaum yang Ingkar

Tidak Mengikuti Kaum yang Ingkar
        Dalam menjalani hidup dengan nilai-nilai Al-Qur`an, seseorang harus meninggalkan budaya dan nilai-nilai moral masyarakat yang ingkar kepada Allah swt.. Satu hal yang pertama harus ditinggalkan adalah pemahaman cinta dalam masyarakat duniawi.
Pada masyarakat duniawi, semua hubungan dan cinta berdasarkan pada kepentingan ego pribadi. Seseorang akan bersama dengan yang lainnya bila saja ada keuntungan yang didapat dari rekannya, mendapat perhatian, atau sedikitnya diperlakukan baik. Ukuran lain adalah ikatan keluarga; seseorang mencintai yang lainnya kerana mereka berasal dari keluarga yang sama, atau dari keturunan, masyarakat, dan bahkan dari bangsa yang sama.
Akan tetapi, yang demikian itu bukanlah kriteria orang-orang beriman kerana orang beriman mencintai Allah melebihi sesuatu atau seseorang.
"(Walaupun demikian), ada juga di antara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah; sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahawa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahawa sesungguhnya Allah Maha berat azab seksaNya, (nescaya mereka tidak melakukan kezaliman itu)."(Al-Baqarah: 165)
Orang-orang yang beriman, kerana mencintai Allah di atas segalanya, mencintai orang yang mencintai Allah, tidak membedakan apakah orang yang menyetujui atau benci tindakannya merupakan orang dekat ataupun jauh. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur`an,
"Engkau tidak akan dapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, tergamak berkasih-mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang yang menentang itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, ataupun keluarga mereka. Mereka (yang setia) itu, Allah telah menetapkan iman dalam hati mereka, dan telah menguatkan mereka dengan semangat pertolongan daripadaNya; dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka tetap kekal di dalamnya. Allah reda akan mereka dan mereka reda (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Merekalah penyokong-penyokong (agama) Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya penyokong-penyokong (agama) Allah itu ialah orang-orang yang berjaya."(Al-Mujaadalah: 22)
Lebih jauh lagi, bila orang beriman memiliki sedikit saja cinta terhadap orang yang ingkar, itu tidak akan membuat orang beriman bersikap dengan benar. Orang-orang yang beriman diperingatkan agar tidak melakukan hal ini. Dalam Al-Qur`an dijelaskan,
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuh kamu menjadi teman rapat, dengan cara kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita rahsia orang-orang mukmin) dengan sebab hubungan baik dan kasih mesra yang ada di antara kamu dengan mereka, sedang mereka telah kufur ingkar terhadap kebenaran (Islam) yang sampai kepada kamu; mereka pula telah mengeluarkan Rasulullah (s.a.w) dan juga mengeluarkan kamu (dari Tanah Suci Makkah) disebabkan kamu beriman kepada Allah Tuhan kamu. (Janganlah kamu berbuat demikian) jika betul kamu keluar untuk berjihad pada jalanKu dan untuk mencari keredaanKu. (Tidak ada sebarang faedahnya) kamu mengadakan hubungan kasih mesra dengan mereka secara rahsia, sedang Aku amat mengetahui akan apa yang kamu rahsiakan dan apa yang kamu zahirkan. Dan (ingatlah), sesiapa di antara kamu yang melakukan perkara yang demikian, maka sesungguhnya telah sesatlah ia dari jalan yang betul."(Al-Mumtahanah: 1)
Sikap Nabi Ibrahim a.s. dan para pengikutnya menjadi contoh yang baik bagi orang-orang beriman,
"Sesungguhnya adalah bagi kamu pada bawaan Nabi Ibrahim (a.s) dan pengikut-pengikutnya - contoh ikutan yang baik, semasa mereka berkata kepada kaumnya (yang kufur ingkar): "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah yang lain dari Allah; kami kufur ingkarkan (segala penyembahan) kamu dan (dengan ini) nyatalah perasaan permusuhan dan kebencian di antara kami dengan kamu selama-lamanya, sehingga kamu menyembah Allah semata-mata",.........(Al-Mumtahanah: 4)

Hidup di Dunia Hanya Sementara


Hidup di Dunia Hanya Sementara
  Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan kerana harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.
Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka kerana semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,
 "Ketahuilah bahawa (yang dikatakan) kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah (bawaan hidup yang berupa semata-mata) permainan dan hiburan (yang melalaikan) serta perhiasan (yang mengurang), juga (bawaan hidup yang bertujuan) bermegah-megah di antara kamu (dengan kelebihan, kekuatan, dan bangsa keturunan) serta berlumba-lumba membanyakkan harta benda dan anak pinak; (semuanya itu terhad waktunya) samalah seperti hujan yang (menumbuhkan tanaman yang menghijau subur) menjadikan penanamnya suka dan tertarik hati kepada kesuburannya, kemudian tanaman itu bergerak segar (ke suatu masa yang tertentu), selepas itu engkau melihatnya berupa kuning; akhirnya ia menjadi hancur bersepai; dan (hendaklah diketahui lagi, bahawa) di akhirat ada azab yang berat (di sediakan bagi golongan yang hanya mengutamakan kehidupan dunia itu), dan (ada pula) keampunan besar serta keredaan dari Allah (disediakan bagi orang-orang yang mengutamakan akhirat). Dan (ingatlah, bahawa) kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya."(Al-Hadiid: 20)
 Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,
 "Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih; dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga).  Katakanlah (wahai Muhammad): "Mahukah supaya aku khabarkan kepada kamu akan yang lebih baik daripada semuanya itu? Iaitu bagi orang-orang yang bertaqwa disediakan di sisi Tuhan mereka beberapa Syurga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Disediakan juga pasangan-pasangan/ isteri-isteri yang suci bersih, serta (beroleh pula) keredaan dari Allah". Dan (ingatlah), Allah sentiasa Melihat akan hamba-hambaNya;" (A-li'Imraan: 14-15)
Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai “tempat yang sempit, gaduh dan kotor”. Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disedari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.
 "Allah bertanya lagi (kepada mereka yang kafir itu): "Berapa tahun lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: "Kami tinggal (di dunia) selama sehari atau sebahagian dari sehari; maka bertanyalah kepada golongan (malaikat) yang menjaga urusan menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di dunia) melainkan sedikit masa sahaja, kalau kamu dahulu mengetahui hal ini (tentulah kamu bersiap sedia). Maka adakah patut kamu menyangka bahawa Kami hanya menciptakan kamu (dari tiada kepada ada) sahaja dengan tiada sebarang hikmat pada ciptaan itu? Dan kamu (menyangka pula) tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (Al-Mu'minuun: 112-115)
Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai :
"Mereka itulah orang-orang yang membeli (mengutamakan) kehidupan dunia (dan kesenangannya) dengan (meninggalkan perintah-perintah Allah yang membawa kebahagiaan dalam kehidupan) akhirat; maka tidak akan diringankan azab seksa mereka (pada hari kiamat), dan mereka pula tidak akan diberikan pertolongan."Al-Baqarah: 86)

 Sesungguhnya orang-orang yang tidak menaruh ingatan akan menemui Kami (pada hari akhirat untuk menerima balasan), dan yang reda (berpuashati) dengan kehidupan dunia semata-mata serta merasa tenang tenteram dengannya, dan orang-orang yang tidak mengindahkan ayat-ayat (keterangan dan tanda-tanda kekuasasaan) Kami, Mereka yang demikian keadaannya (di dunia), tempat kediaman mereka (di akhirat) ialah neraka; disebabkan keingkaran dan kederhakaan yang mereka telah lakukan."(Yunus- 7-8)
 Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,
 Maka (dapatlah masing-masing mengetahui kesudahannya); adapun orang yang melampau (perbuatan derhakanya), Serta ia mengutamakan kehidupan dunia semata-mata, Maka sesungguhnya neraka Jahanamlah tempat kediamannya."(An-Naazi'aat: 37-39)

Wednesday, November 9, 2011

Kematian Itu Dekat

Kematian Itu Dekat
     Pada dasarnya, kaum yamg mementingkan duniawi adalah sombong, bongkak dan dangkal fikirannya. Hidup mereka tidak lagi berdasarkan lojika, tetepi mereka hidup dengan kesesatan dan keyakinan yang salah serta mengikuti sangkaan yang berakhir dengan kekeliruan. salah satu kekeliruan ini adalah keyakinan mereka tentang kematian. Mereka percaya bahawa kematian adalah sesuatu yang tidak perlu di fikirkan.
     Sebenarnya, yang mereka lakukan adalah lari dari kenyataan dengan cara mengabaikan kematian. Tanpa memikirkannya, mereka percaya bahawa mereka dapat menghindari peristiwa itu. Akan tetapi, hal ini seperti burung unta yang menengelamkan kepalanya ke dalam pasir untuk menghindari bahaya. Mengabaikan bahaya tidak membuat bahaya itu hilang. sebaliknya orang tersebut berisiko menghadapi bahaya dengan tanpa memiliki persiapan. Akibatnya,ia menerima kejutan yang lebih besar lagi. Tidak seperti halnya orang yang beriman yang mentafakuri kematian dan menyiapkan dirinya terhadap kenyataan yang penting ini, kebenaran yang dialami semua manusia hidup, Allah memperingatkan orang kafir dalam ayatNya,:
     "Katakanlah (wahai Muhammad): "Sebenarnya maut yang kamu melarikan diri daripadanya itu, tetaplah ia akan menemui kamu; kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, lalu Ia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta membalasnya)"(Al-Jumu'ah: 8)
     Kematian bukanlah "bencana" yang harus dilupakan, melainkan pelajaran penting yang mengajarkan kepada manusia arti hidup sebenarnya. Dengan demikian, kematian seharusnya menjadi bahan pemikiran yang mendalam. Seseorang muslim akan benar-benar merenungi kenyataan penting ini dengan kesungguhan dan kearifan. Mengapa semua manusia hidup pada masa tertentu dan kemudian mati? semua makhluk hidup tidak kekal. Ini menunjukkan bahawa manusia tidak memiliki kekuatan dan tidak mampu menandingi Kekuasaan Allah. Allahlah satu-satunya Pemilik Kehidupan; semua makhluk hidup dengan kehendak Allah dan mati dengan kehendak-Nya juga,seperti dinyatakan;
     "Segala yang ada di muka bumi itu akan binasa: Dan akan kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan"(Al-Rahmaan: 26-27)
     Setiap orang akan mati, namun tidak ada seseorang pun dapat memperkirakan di mana dan bila kematian akan menghampiri. Tidak seorang pun dapat menjamin ia akan hidup pada saat berikutnya. Kerana itu, seorang muslim harus bertindak seolah-olah mereka sebentar lagi akan didatangi kematian . Berfikir tentang kematian akan membantu seseorang meningkatkan keikhlasan dan rasa takut kepada Allah, dan mereka akan selalu menyedari akan apa yang sedang menunggunya:
     "Dan Kami tidak menjadikan seseorang manusia sebelummu dapat hidup kekal (di dunia ini). Maka kalau engkau meninggal dunia (wahai Muhammad), adakah mereka akan hidup selama-lamanya? Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan."(Al-Anbiyaa' : 34-35)

Tuesday, October 25, 2011

Allah Mengurniakan Pemahaman Kepada Orang-Orang Bertakwa

Allah Mengurniakan Pemahaman Kepada Orang-Orang Bertakwa
     Dalam Al-Qur'an adalah Allah memberikan kemampuan kepada orang-orang yang beriman, kemampuan untuk membezakan antara yang benar dan yang salah. Hal ini disebut sebagai "hikmah". Allah menceritakan dalam :
     "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah, nescaya Ia mengadakan bagi kamu (petunjuk) yang membezakan antara yang benar dengan yang salah, dan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu, serta mengampunkan (dosa-dosa) kamu. Dan Allah (sememangnya) mempunyai limpah kurnia yang besar."(Al-Anfaal: 29).
     Sebagaimana telah dijelaskan ,Allah mengaburkan pemahaman orang-orang kafir. Orang-orang ini, betapa pun cerdasnya otak mereka, tidak dapat memahami perinsip-perinsip agama yang sangat jelas. Hikmah adalah sifat istimewa yang dimiliki orang-orang beriman. Sebahagian besar manusia menganggap bahawa kecerdasan otak dan hikmah itu memiliki makna yang sama. Kecerdasan otak adalah kemampuan pikiran yang dimiliki oleh setiap orang. Misalnya, menjadi seorang ilmuan ahli atom atau genius di bidang matematik menunjukkan kecerdasan otak. Akan tetapi hikmah adalah hasil dari ketakwaan seseorang kepada Allah dan digunakannya hati nurani, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecerdasan otak. Bisa saja seseorang sangat cerdas otaknya, tetapi tidak akan menjadi orang bijak  selagi ia tidak bertakwa kepada Allah.
     Dengan demikian, hikmah adalah rahmat dari Allah yang di kurniakan kepada orang-orang beriman. Orang-orang yang di jauhkan dari pemahaman seperti ini, bahkan tidak menyedari keadaan mereka. Misalnya, orang-orang yang menganggap bahawa mereka adalah sumber kekuasaan dan kekayaan., lalu menjadi sombong. Sesungguhnya anggapan dan sikap seperti ini menunjukkan bahawa ia tidak memiliki hikmah. Kerana jika ia memiliki hikmah, ia akan menyedari bahawa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa kecuali Kehendak Allah. Kesedaran ini pada akhirnya akan menghasilkan sikap yang rendah hati. Namun, orang seperti ini tidak berfikir bahawa jika Allah Menghendaki,semua kekayaannya dapat di musnah dalam waktu sekejap, atau bahawa dia dapat menghadapi kematian, dan semua yang ia miliki  ia tinggalkan di dunia, dan ia akan berada di neraka untuk menerima balasannya. semua ini lebih pasti dan lebih nyata daripada apa yang di miliki seseorang di dunia. Hanya orang-orang beriman yang bertakwa kepada Allah yang memiliki pemahaman seperti ini, sehingga mereka tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Mereka menghabiskan hidup mereka dengan memahami hakikat segala sesuatu. Allah mengurniakan pemahaman kepada orang-orang beriman melalui keimanan mereka. Jika mereka merasa semakin dekat kepada Allah, pemahaman mereka pun meningkat dan mereka menjadi lebih memahami rahsia-rahsia Allah.

Tuesday, October 11, 2011

Pandangan Mereka yang Beriman Terhadap Kematian

Pandangan Mereka yang Beriman Terhadap Kematian
     "Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya."(A-li'Imraan: 186)
     Kematian akan menjemput setiap manusia yang ada di dalam dunia ini pada waktu yang telah di tetapkan  sesuai dengan ayat:
      "Tiap-tiap diri (sudah tetap) akan merasai mati, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Kami (untuk menerima balasan)."(An- 'Ankabuut: 57)
      Tidak sesuatu pun yang dimiliki manusia , tidak harta, wang, kedudukan, kemegahan, mahupun rupa yang elok dapat menolak kematian. kematian adalah hukum Allah , tidak seorang pun dapat lari dari kenyataan Mutlak  dan tak tercegah ini. Sebagaimana ayat:
     "Di mana jua kamu berada, maut akan mendapatkan kamu (bila sampai ajal), sekalipun kamu berada dalam benteng-benteng yang tinggi lagi kukuh. Dan kalau mereka beroleh kebaikan (kemewahan hidup), mereka berkata: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau pula mereka ditimpa bencana, mereka berkata:" Ini adalah dari (sesuatu nahas) yang ada padamu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Semuanya itu (kebaikan dan bencana) adalah (berpunca) dari sisi Allah". Maka apakah yang menyebabkan kaum itu hampir-hampir tidak memahami perkataan (nasihat dan pengajaran)?"(An-Nisaa': 78)
     Ini mengingatkan kita bahawa tidak pernah ada seseorang pun yang berhasil melarikan diri dari kematian.
Kenyataan ini adalah bagi mereka yang beriman menerima ini adalah perkhabaran, pemahaman tentang kematian. Sekali mengerti kepastian dan kedekatan kematian, mereka mengerti mereka perlu bersiap demi kehidupan setelah kematian. Menakuti kematian segera yang akan menjemput sebelum sempat meraih kemuliaan ahlak yang diminta Allah dari para hambaNya dan memperoleh ridaNya, mereka memeluk agama Allah dengan ketulusan dan girah yang besar. Mereka tidak membazirkan waktu dalam mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat ridaNya, sebab mereka menyedari  mereka dapat menemui kematian bila-bila masa saja. Doa mereka yang beriman dalam Al-qur'an:
     ".........(Mereka berdoa): "Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan matikanlah kami dalam keadaan Islam (berserah bulat-bulat kepadaMu)."(Al-A'raaf: 126)
     ".......... Wahai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi Engkau Penguasa dan Pelindungku di dunia dan di akhirat; sempurnakanlah ajalku (ketika mati) dalam keadaan Islam, dan hubungkanlah daku dengan orang-orang yang soleh."(Yusuf:101)
     Mereka yang beriman menerima kematian dengan kepasarahan penuh, sebab itulah hukum Allah. Di atas segalanya, mereka memandangnya sebagai gerbang untuk mencapainya ke syurga. Sementara itu mereka tidak pernah melupakan bahawa mereka harus berjuang keras untuk menghindari hukuman neraka dan memperolehi rida Allah. Mukmin terus menerus merasakan ketakutan dan harapan hingga menemui kematian. Mereka mengharapkan syurga kerana beriman. Sama seperti itu, mereka menakuti neraka kerana tidak pernah mendapati diri ini boleh berdiri dengan sendiri. Ketakutan mereka atas pembalasan jahat, perilaku baik yang mereka perlihatkandan ganjaran baik yang mereka peroleh dikatakan dalam Al-Qur'an;
     "Orang-orang yang menyempurnakan perjanjian Allah dan tidak merombak (mencabuli) perjanjian yang telah diperteguhkan itu; Dan orang-orang yang menghubungkan perkara-perkara yang disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, dan yang menaruh bimbang akan kemurkaan Tuhan mereka, serta takut kepada kesukaran yang akan dihadapi semasa soaljawab dan hitungan amal (pada hari kiamat); Dan orang-orang yang sabar kerana mengharapkan keredaan Tuhan mereka semata-mata, dan mendirikan sembahyang, serta mendermakan dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka, secara bersembunyi atau secara terbuka; dan mereka pula menolak kejahatan dengan cara yang baik; mereka itu semuanya adalah disediakan baginya balasan yang sebaik-baiknya pada hari akhirat; Iaitu Syurga yang kekal yang mereka akan memasukinya bersama-sama orang-orang yang mengerjakan amal soleh dari ibu bapa mereka dan isteri-isteri mereka serta anak-anak mereka; sedang malaikat-malaikat pula akan masuk kepada mereka dari tiap-tiap pintu; (Memberi hormat dengan berkata): "Selamat sejahteralah kamu berpanjangan, disebabkan kesabaran kamu. Maka amatlah baiknya balasan amal kamu di dunia dahulu."(Ar-Ra'd: 20-24)
     
     

Wednesday, September 28, 2011

ANTARA CIRI-CIRI ORANG MUNAFIK


ANTARA CIRI-CIRI ORANG MUNAFIK

   Munafik merupakan satu kalimah yang tidak asing untuk disebut dan didengar kita saban hari dan masa tetapi hakikat yang sebenar tentangnya kadang-kadang masih samar dalam pemikiran kita. Tidak dapat dinafikan bahawa sifat-sifat yang menjadi pegangan golongan munafik kadang-kadang dihidapi oleh kita samada dalam keadaan sedar atau pun tidak seperti suka menipu, melanggar janji dan mengkhianati amanah yang dipertanggungjawabkan ke atas bahu kita. Dalam memastikan diri kita tidak terjerumus dalam lembah munafik maka wajar kita renungi beberapa ciri-ciri golongan munafik sebagaimana diberitahu oleh Allah dalam al-Quran dan juga rasulNya ke arah menghindarkan diri kita daripada bersifat dengan sifat itu yang boleh membahayakan aqidah dan diri kita terutama pada hari akhirat nanti. Mengetahui perkara buruk bukan bererti kita mahu menirunya tetapi bertujuan untuk  menghindarinya sedaya yang mungkin sebagaimana ungkapan imam al-Ghazali : Sesungguhnya mengetahui perkara negatif itu bukan untuk mengikutinya sebagai teladan tetapi bertujuan untuk menghindarinya dan dijadikan sempadan.
     Munafik ialah orang-orang yang berpura-pura keimanannya di mana pada zahirnya nampak beriman dengan lidahnya mengakui ke Esaan Allah dan kerasulan nabi Muhammad s.a.w sedangkan pada hakikat batinnya yang sebenar penuh dengan kekufuran dan kesesatan. Mereka menentang kebenaran dengan kebatilan, menjual petunjuk membeli kesatan, memilih kufur menolak iman, memperjuangkan bid'ah ganti daripada sunnah dan memilih azab daripada nikmat. Munafik terbahagi kepada 2 iaitu :
     1. Munafik iktiqad iaiatu pegangan terhadap pokok persoalan iman bersikap dan bersifat nifaq atau penipuan maka golongan ini kekal dalam neraka, sekiranya mati tanpa bertaubat
kepada Allah dan memperbetulkan semula iktiqadnya.
     2. Munafiq amali iaitu amalan-amalan dalam ibadatnya bersifat nifaq atau penipuan seperti beramal kerana seseorang atau sesuatu selain Allah. Golongan ini melakukan dosa yang memerlukan agar bertaubat kepada Allah. Mereka akan dimasukkan ke syurga sesudah diazabkan dalam neraka.
Antara ciri-ciri munafiq
     1. Berpenyakit hati
Maksud firman Allah:
   Dalam hati mereka (golongan yang munafik itu) terdapat penyakit (syak dan hasad dengki), maka Allah tambahkan lagi penyakit itu kepada mereka; dan mereka pula akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dengan sebab mereka berdusta (dan mendustakan kebenaran)."(Al-Baqarah: 10)
     Antara penyakit hati yang disebutkan dalam ayat itu ialah sebagaimana berikut :
     a. Kebodohan diri sendiri di mana golongan munafik terlalu yakin bahawa segala kerja jahat mereka tidak akan diketahui dan disedari oleh orang mukmin sedangkan mereka lupa bahawa Allah mengetahui segala-galanya.
     b. Tidak berpendirian di mana mereka sentiasa merasa cemas dan bimbangkepada suasana sekitar yang mana tetap akan kembali kepada Islam dengan pertolongan Allah dan akan terhapusnya kebatilan. Mereka sentiasa mencari jalan penghalang agar kebenaran dapat dikaburkan dan dipandang serong.
     c. Menentang kebenaran iaitu dengan menghalang dan mengfitnah orang yang benar-benar berjuang di jalan Allah agar segala kejahatan dan penipuan mereka selama ini dengan menjual dan mencipta Islam palsu tidak terbongkar dan disedari oleh orang ramai. Benarlah firman Allah:
     "Orang-orang munafik itu takut kalau diturunkan satu surah Al-Quran yang menerangkan kepada mereka (dan kepada ramai) akan apa yang ada dalam hati mereka (dari kekufuran). Katakanlah (wahai Muhammad): "Ejek-ejeklah (seberapa yang kamu suka), sesungguhnya Allah akan mendedahkan apa yang kamu takut (terdedah untuk pengetahuan ramai). Dan jika engkau bertanya kepada mereka (tentang ejek-ejekan itu) tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah berbual dan bermain-main". Katakanlah: "Patutkah nama Allah dan ayat-ayatNya serta RasulNya kamu memperolok-olok dan mengejeknya?"(At-Taubah: 64-65)
d. Berperasaan syak terhadap agama
1.Firman Allah:
     " Adapun orang-orang yang ada penyakit (kufur) dalam hati mereka maka surah Al-Quran itu menambahkan kekotoran (kufur) kepada kekotoran (kufur) yang ada pada mereka; dan mereka mati, sedang mereka berkeadaan kafir"(At-Taubah: 125)
     Mereka sentiasa berperasaan syak terhadap kemampuan sistem Islam dalam menjamin kemajuan dan keadilan sepanjang zaman, syak tentang keamanan dan kestabilan jika pelaksaan hukum Islam dijalankan.
     2. Melakukan kebinasaan di muka bumi
Firman Allah:
     " Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat bencana dan kerosakan di muka bumi", mereka menjawab: " Sesungguhnya kami orang-orang yang hanya membuat kebaikan.  Ketahuilah! Bahawa sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya membuat bencana dan kerosakan, tetapi mereka tidak menyedarinya."(Al-Baqarah: 11-12)
     Golongan ini sentiasa merancang dan berusaha ke arah menjauhkan umat manusia daripada Islam yang menjamin keamanan sejagat melalui media masa, mendapat bantuan daripada kuffar termasuk yahudi dalam menghadapi kebangkitan gerakan Islam dan menggadaikan agama dengan menghinanya sehingga menakutkan orang belum Islam sehingga wujudnya suasana yang tegang dan takut kepada Islam. Mereka lebih gembira melihat keadaan yang penuh kekeliruan dan kekecohan daripada melihat bangkitnya Islam dengan kebenarannya.
     3. Menuduh orang mukmin dengan bodoh dan tolol
Firman Allah: 
     "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang itu telah beriman". Mereka menjawab: "Patutkah kami ini beriman sebagaimana berimannya orang-orang bodoh itu?" Ketahuilah! Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui (hakikat yang sebenarnya)."(Al-Baqarah: 13)
     Mereka sanggup menghina ulama' yang lebih arif tentang Islam dan sanggup hina Nabi s.a.w dan Islam itu sendiri kerana merasai bahawa mereka lebih cerdik dan pakar dalam bab agama dan keduniaan. Mereka berusaha menjadikan para mufti, qadhi dan ulama' sebagai orang yang patuh dan taat pada kejahilan mereka demi menjaga pangkat dan kedudukan mereka. Agama hanya digunakan untuk menangkis dan menyembunyikan penipuan mereka terhadap Islam. Mereka lebih rela meminta nasihat daripada orang kafir dan anti-hadis daripada menerima teguran daripada ulama' akhirat.
     4. Kuat permusuhan dan bongkak dengan dosa
Firman Allah:
     "Dan di antara manusia ada orang yang tutur katanya mengenai hal kehidupan dunia, menyebabkan engkau tertarik hati (mendengarnya), dan ia (bersumpah dengan mengatakan bahawa) Allah menjadi saksi atas apa yang ada dalam hatinya, padahal ia adalah orang yang amat keras permusuhannya (kepadamu). Kemudian apabila ia pergi (dengan mendapat hajatnya), berusahalah ia di bumi, untuk melakukan bencana padanya, dan membinasakan tanaman-tanaman dan keturunan (binatang ternak dan manusia; sedang Allah tidak suka kepada bencana kerosakan. Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertaqwalah engkau kepada Allah" timbulah kesombongannya dengan (meneruskan) dosa (yang dilakukannya itu). Oleh itu padanlah ia (menerima balasan azab) neraka jahannam dan demi sesungguhnya, (neraka jahannam itu) adalah seburuk-buruk tempat tinggal."(Al-Baqarah: 204-206)
     Ayat ini menunjukan bagaimana buruknya perangai orang munafik dan petahnya mereka bercakap sehingga ramai orang beriman tertarik dengan tutur katanya yang lembut, ucapan yang menarik dan penuh hujah aqli yang mengelirukan malah mereka sanggup bersumpah bagi menyatakan ketulusun hati mereka sedangkan mereka berniat jahat dan melakukan semua itu untuk memperolehi sesuatu yang diidamkan. Mereka sanggup mencipta Islam dan meletakkan mereka yang mampu memutar belit tentang Islam sebagai perisai sehingga mengelirukan rakyat untuk mendapatkan sokongan. Setelah mereka mendapat sokongan hasil propaganda yang menggadai prinsip Islam yang sebenar maka mereka menggunakan kuasa yang telah diperolehi itu untuk mengaut kekayaan negara untuk mereka dan kroni mereka dan juga menyekat kemaraan gerakan Islam dengan mengegam' ulama', membuang imam yang tidak menyokong kezaliman dan kesesatan mereka, mengawal peranan masjid yang sebenar dan sebagainya. Inilah antara ciri-ciri munafik yang jelas berlaku dalam masyarakat kita pada hari ini. Peranan kita ialah berusaha menghindarinya daripada diri kita, keluarga dan masyarakat setempat seterusnya negara dengan berusaha memberi penjelasan yang sebaik mungkin agar umat Islam tidak tertipu buat sekian kalinya. Sesugguhnya seorang mukmin itu tidak akan terjatuh ke dalam lubang yang sama sebanyak dua kali.

.